Sudah 1 bulan genap 5 hari sejak tangisan pertamaku di tahun 2014 ini
dan entah sudah berapa kali aku menangis lagi
bukankah aku di akhir tahun lalu sudah berdoa,
andai aku jadi pribadi yg lebih tegar?
apakah itu belum terkabul ya Tuhan?
huft. . lelah memang, saat harus dihadapkan seseorang yg tlah membuat jatuh hati
dan kita harus menjaganya sekuat hati
entahlah. . sepaham ku, kau memang mirip sekali dengan sifatku
itulah yg membuat ku semakin lelah
sebuah pasangan yg keduanya sama-sama gengsi, suka bikin masalah, gampang manyun dan masih banyak lagi
dan mungkin semua itu yg buatku sayang padamu :')
aku akan tetap bertahan sekuat hatiku :')
#AAK
Jumat, 28 Februari 2014
Berganti aku
Tak ada kata sesal, jika itu tlah terjadi
ya, kau memang ada
ada di sini,
walau dulu kau seolah hanya angin
tapi kini, kau nyata ada dan terasa
dan semua itu hanya lewat
lewat begitu saja
mungkin ini jalanku,
saat yg kau lakukan dulu,
kini berganti aku yang melakukannya
bersabar, perhatian, pengertian, pantang nyerah, dan berusaha berikan apa yg kau pinta
tapi aku juga manusia, sama sperti kau
ada saat aku bosan dan terlintas harap ingin jauh pergi
tapi itu sia-sia
terkalahkan oleh rasa yg slalu berharap tiada henti utk dapatkan kau kembali
aku akan menjadi salah satu,
dan mungkin satu-satunya yg menang tuk dapatkan engkau. .
#AAK
ya, kau memang ada
ada di sini,
walau dulu kau seolah hanya angin
tapi kini, kau nyata ada dan terasa
dan semua itu hanya lewat
lewat begitu saja
mungkin ini jalanku,
saat yg kau lakukan dulu,
kini berganti aku yang melakukannya
bersabar, perhatian, pengertian, pantang nyerah, dan berusaha berikan apa yg kau pinta
tapi aku juga manusia, sama sperti kau
ada saat aku bosan dan terlintas harap ingin jauh pergi
tapi itu sia-sia
terkalahkan oleh rasa yg slalu berharap tiada henti utk dapatkan kau kembali
aku akan menjadi salah satu,
dan mungkin satu-satunya yg menang tuk dapatkan engkau. .
#AAK
Makalah Komunikasi Terapheutik
Disusun dalam rangka memenuhi tugas
kelompok
Mata kuliah Komunikasi Keperawatan
Dosen Pembimbing Kartika Widi Wardani,
S. Kep. Ners
Oleh
:
1. Lintar
Kartika Perdana (13034)
2. Matchan
Anyes (13035)
3. Melan
Sentiana
(13036)
4. Misbakhul
Munir (13037)
5. Muiz
Dwi Hartanto
(13038)
6. Mitha
Martina
(13039)
7. Nadia
Ayu Suraya (13040)
8. Nanda
Galuh
(13041)
9. Ngadimo (13042)
10. Nisa
Aprilia Saputri (13043)
11. Nur
Hidayati (13044)
12. Wahyu
Putri (13070)
AKADEMI
KEPERAWATAN KABUPATEN PURWOREJO
Tahun
Ajaran 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah Penerapan Sila-sila Pancasila dalam Keperawatan ini
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih
pada Ibu Kartika Widi Wardani, S. Kep. Ners. selaku Dosen mata kuliah
Komunikasi Keperawatan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai definisi, tahapan, teknik
dalam komunikasi terapeutik. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Purworejo,
17 November 2013
Penyusun
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar………………………………………………………………………………...…. 2
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang………………………………………………………………………...…. 4
B.
Tujuan……………………………………………………………………………………. 5
C.
Rumusan Masalah………………………………………………………………………... 5
BAB II Pembahasan
A.
Definisi Komunikasi Terapheutik……………………………………………………...…
6
B.
Tahapan Komunikasi Terapheutik……………………………………………………..…
9
C.
Klarifikasi Nilai dan Eksplorasi Perasaan……………………………………………….
18
BAB III Penutup
A.
Simpulan……………………………………………………………………………...… 19
B.
Saran……………………………………………………………………………………. 19
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………... 20
Lampiran………………………………………………………………………………………... 21
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan
sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Sehingga sekarang
ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu komunikasi ialah
komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku
manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit,
tanpa mengutamakan perhatian pada
penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional dalam
program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melaui pemahaman
yang lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku
sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari
kehidupan kita, tidak terkecuali
perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah
itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting
sebagai sarana yang sangat efektif dalam
memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.
Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga
berkomunikasi dengan anggota tim
kesehatan lainnya.Sebagaimana kita ketahui tidak jarang pasien selalu menuntut
pelayanan perawatan yang paripurna. Sakit yang diderita bukan hanya sakit secara
fisik saja, namun psiko (jiwanya) juga terutama mengalami gangguan emosi.
Penyebabnya bisa dikarenakan oleh proses adaptasi dengan lingkungannya sehari-hari.
Misalnya saja lingkungan di rumah sakit yang sebagian besar serba putih dan
berbeda dengan rumah pasien yang bisa
beraneka warna. Keadaan demikian menyebabkan pasien yang baru masuk terasa
asing dan cenderung gelisah atau takut.
Tidak jarang pasien membuat ulah yang bermacam-macam,
dengan maksud mencari perhatian orang disekitarnya. Bentuk dari kompensasi ini bias
berupa teriak teriak, gelisah, mau lari, menjatuhkan barang atau alat-alat disekitarnya.
Disinilah peranan komunikasi mempunyai andil yang sangat besar, dengan
menunjukkan perhatian yang sepenuhnya, sikap ramah bertutur kata yang lembut.
B. Tujuan
1.
Agar mahasiswa memahami pengertian dari komunikasi
terapheutik
2.
Agar mahasiswa memahami tujuan, syarat, prinsip, dan
teknik komunikasi terapheutik
3.
Agar mahasiswa memahami tahapan-tahapan komunikasi
terapheutik
4.
Agar mahasiswa memahami dan dapat menerapkan sikap
perawat dalam berkomunikasi terapheutik
5.
Agar mahasiswa memahami dan dapat menjelaskan proses
komunikasi terapheutik
6.
Agar mahasiswa memahami pengertian dari klarifikasi
nilai dan eksplorasi perasaan
C. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dari komunikasi terapheutik?
2.
Apa saja tujuan dari komunikasi terapheutik?
3.
Apa saja syarat-syarat terjadinya komunikasi
terapheutik?
4.
Bagaimana sikap perawat dalam melakukan komunikasi
terapheutik?
5.
Apa saja tahapan-tahapan dari komunikasi
terapheutik?
6.
Apa prinsip yang dilakukan dalam berkomunikasi
terapheutik?
7.
Bagaimana teknik-teknik komunikasi terapheutik yang
efektif dilaksanakan?
8.
Bagaimana proses terbentuknya komunikasi
terapheutik?
9.
Apa yang dimaksud dari klarifikasi nilai dan eksplorasi
perasaan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi komunikasi terapheutik
Menurut Nursalam (2011), Komunikasi adalah suatu
pertukaran pikiran dan perasaan dan pendapat dalam memberikan nasehat dimana
terjadi antara dua orang atau lebih bekerjasama.
Menurut Stuart & Sundeen (1985),
Terapeutik berarti seseorang mampu melakukan atau mengkomunikasikan perkataan,
perbuatan atau ekspresi yang memfasilitasi proses penyembuhan.
Menurut Supriyanto (2010),
Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Jadi, komunikasi terapeutik
merupakan suatu bentuk komunikasi yang di rencanakan dan dilakukan untuk
membantu penyembuhan atau pemulihan pasien.
Tujuan Komunikasi Terapeutik
Tujuan komunikasi terapeutik adalah
dengan memiliki ketrampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah
menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan lebih efektif
dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan, memberikan
kepuasan professional dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan
profesi. Komunikasi terapeutik dalam arti luas bertujuan untuk mengembangkan
pribadi klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi:
a)
Realisasi
diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri.
Melalui
komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang
menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan
dirinya, mengalami gangguan gambaran
diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan pada akhirnya merasa
putus asa dan depresi.
b)
Kemampuan
membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling
bergantung dengan orang lain.
Melalui
komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang
lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya,
perawat akan dapat meningkatkan
kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya (Hibdon, 2011). Rogers
(2009) dalam Abraham dan Shanley (2009)
mengemukakan bahwa hubungan mendalam
yang digunakan dalam proses interaksi antara perawat dan klien merupakan area untuk mengekspresikan kebutuhan, memecahkan
masalah dan meningkatkan kemampuan
koping.
c)
Peningkatan
fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.
Terkadang
klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur
kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (2011) mengemukakan bahwa individu yang
merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi
sedangkan individu yang merasa kenyataan
hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri.
d)
Rasa
identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Klien yang
mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa
percaya diri dan mengalami harga diri
rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien
meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.
Sedangkan
Menurut Supriyanto (2010) tujuan komunikasi terapeutik adalah:
- Membantu pasien dalam memperbaiki dan mengendalikan emosi sehingga membantu percepatan penyembuhan dari upaya medis.
- Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
- Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya
- Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendirinya sendiri.
e.) Komunikasi terapeutik memberikan
pelayanan prima (survey excellence atau tanpa cacat), sehingga dicapai
kesembuhan kesembuhan dan kepuasan pasien.
Tujuan
komunikasi terapeutik (Purwanto, 2011) adalah:
- Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
- Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
- Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri.
Unsur-unsur Komunikasi Terapeutik
Sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya bahwa komunikasi mempunyai lima komponen, demikian pula dalam
komunikasi terapeutik. Proses terjadinya sebuah komunikasi terapeutik antara
perawat dan klien dimulai dari penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
baik secara verbal maupun non verbal, dengan menggunakan media atau tidak.
Pesan yang diterima oleh komunikan kemudian akan diproses oleh komunikan,
proses ini disebut dengan decoding.
Setelah komunikan memahami pesan
yang diterimanya, ia pun melakukan proses encoding (transformasi informasi
menjadi sebuah bentuk pesan yang dapat disampaikan kepada orang lain) dalam
dirinya untuk menyampaikan umpan balik (feedback) terhadap pesan yang
diterimanya. Demikian proses ini akan terus berulang sampai pada akhirnya
tujuan dari komunikasi yang dilakukan tercapai oleh keduanya.
Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik meningkatkan
pemahaman dan membantu terbentuknya hubungan yang konstruktif
diantara perawat-klien. Tidak seperti komunikasi sosial, komunikasi
terapeutik mempunyai tujuan untuk membantu klien mencapai suatu tujuan dalam asuhan
keperawatan.
Oleh karenanya sangat penting bagi
perawat untuk memahami prinsip dasar komunikasi terapeutik berikut ini;
a. Hubungan perawat dan klien adalah
hubungan terapeutik yang saling menguntungkan,
didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses and clients’. Hubungan ini
tidak hanya sekedar hubungan seorang
penolong (helper/perawat) dengan kliennya, tetapi hubungan antara manusia
yang bermartabat (Dult-Battey,2011).
b. Perawat harus menghargai keunikan
klien, menghargai perbedaan karakter, memahami
perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang
keluarga, budaya, dan keunikan setiap
individu.
c. Semua komunikasi yang dilakukan
harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu
menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
d. Komunikasi yang menciptakan
tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif
pemecahan masalah (Stuart, 2009).
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari komunikasi
terapeutik.
B. Tahapan
Komunikasi Terapeutik
Telah disebutkan sebelumnya bahwa
komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang terstruktur dan memiliki
tahapan-tahapan.
Stuart G. W, 2009 menjelaskan bahwa
dalam prosesnya komunikasi terapeutik terbagi menjadi empat tahapan yaitu tahap
persiapan atau tahap pra-interaksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja
dan tahap terminasi.
a.Tahap
Persiapan/Pra-interaksi
Dalam tahapan ini perawat menggali
perasaan dan menilik dirinya dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari informasi tentang klien
sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan perawat merancang strategi
untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahapan ini dilakukan oleh perawat dengan
tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh perawat
sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.
Kecemasan yang dialami seseorang
dapat sangat mempengaruhi interaksinya dengan orang lain (Ellis, Gates dan
Kenworthy, 20011 dalam Suryani, 2009). Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan
dalam menginterpretasikan apa yang diucapkan oleh lawan bicara. Pada saat
perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu mendengarkan apa yang dikatakan oleh
klien dengan baik (Brammer, 2007 dalam Suryani, 2009) sehingga tidak mampu
melakukan active listening (mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian).
Tugas
perawat dalam tahapan ini adalah:
- Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi kecemasan.
- Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
- Mengumpulkan data tentang klien.
- Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
b.Tahap
Perkenalan/Orientasi
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap
kali pertemuan dengan klien dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah
memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan
klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu (Stuart. G.
W, 2009).
Tugas
perawat dalam tahapan ini adalah:
- Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka.
- Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama.
- Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.
- Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.
- Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik karena tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat dan klien.
c.Tahap
Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari
keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart, G. W, 2009). Tahap kerja
merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena didalamnya
perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan
dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang
disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif
dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan
masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
Di
bagian akhir tahap ini, perawat
diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan
ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam
percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray, B. & Judith, P,
2011 dalam Suryani, 2010). Dengan dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa
keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik
dan benar-benar dipahami oleh perawat.
d.Tahap
Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari
pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi
sementara dan terminasi akhir (Stuart, G. W, 2009). Terminasi sementara adalah
akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat
dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan
kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir
dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
Tugas
perawat dalam tahap ini adalah:
- Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi objektif). Brammer dan McDonald (2009) menyatakan bahwa meminta klien untuk menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat berguna pada tahap ini.
- Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat.
- Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut yang disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan interaksi yang akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada pertemuan berikutnya.
Sikap
Dalam Melakukan Komunikasi Terapeutik
Egan (2009) dalam Kozier, et. al
(2011), telah menggambarkan lima cara yang spesifik untuk menunjukkan
kehadiran secara fisik ketika melaksanakan komunikasi terapeutik, yang ia definisikan sebagai sikap atas
kehadiran atau keberadaan terhadap orang lain atau ketika sedang
berada dengan orang lain.
Berikut
adalah tindakan atau sikap yang
dilakukan ketika menunjukkan kehadiran secara fisik :
- Berhadapan dengan lawan bicara. Dengan posisi ini perawat menyatakan kesiapannya (“saya siap untuk anda”).
- Sikap tubuh terbuka; kaki dan tangan terbuka (tidak bersilangan). Sikap tubuh yang terbuka menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk mendukung terciptanya komunikasi.
- Menunduk/memposisikan tubuh kearah/ lebih dekat dengan lawan bicara. Hal ini menunjukkan bahwa perawat bersiap untuk merespon dalam komunikasi (berbicara-mendengar).
- Pertahankan kontak mata, sejajar, dan natural. Dengan posisi mata sejajar perawat menunjukkan kesediaannya untuk mempertahankan komunikasi.
- Bersikap tenang. Akan lebih terlihat bila tidak terburu-buru saat berbicara dan menggunakan gerakan/ bahasa tubuh yang natural.
Syarat-
syarat komunikasi terapeutik
Stuart
dan Sundeen (dalam Christina, dkk., 2009) mengatakan ada dua persyaratan dasar
untuk komunikasi terapeutik efektif :
- Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan.
- Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan terlebih dahulu sebelum memberikan sarana, informasi maupun masukan.
Persyaratan- persyaratan untuk
komunikasi terapeutik ini di butuhkan untuk membentuk hubungan perawat- klien
sehingga klien memungkinkan untuk mengimplementasikan proses keperawatan.
Komunikasi terapeutik ini akan efektif bila melalui penggunaan dan latihan yang
sering.
Perbedaan
komunikasi terapeutik dengan komunikasi sosial
Perbedaan komunikasi terapeutik
dengan komunikasi sosial (Purwanta, 2009) adalah :
a.Komunikasi
terapeutik:
- Terjadi antara perawat dengan pasien atau anggota tim kesehatan lainnya.
- Komunikasi ini umumnya lebih akrab karena mempunyai tujuan, berfokus kepada pasien yang membutuhkan bantuan.
- Perawat secara aktif mendengarkan dan memberi respon kepada pasien dengan cara menunujukkan sikap mau menerima dan mau memahami tentang dirinya. Selain itu membantu pasien untuk melihat dan memperhatikan apa yang tidak disadari sebelumnya.
b.Komunikasi
sosial
- Terjadi setiap hari antar- orang per orang baik dalam pergaulan maupun lingkungan kerja.
- Komunikasi bersifat dangkal karena tidak mempunyai tujuan.
- Lebih banyak terjadi dalam pekerjaan, aktivitas sosial, dan lain- lain.
- Pembicara tidak mempunyai focus tertentu tetapi lebih mengarah kebersamaan dan rasa senang.
Prinsip-
prinsip Komunikasi Terapeutik
Prinsip-
prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers (dalam Purwanto, 2010)
adalah:
- Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
- Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai.
- Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
- Perawat harus menciptakan susasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa takut.
- Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah- masalah yang di hadapi.
- Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi.
- Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
- Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik.
- Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik.
- Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik mental, spiritual, dan gaya hidup.
- Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila dianggap mengganggu.
- Altruisme untuk mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.
- Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.
- Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.
Teknik-
teknik Komunikasi Terapeutik
Beberapa
teknik komunikasi terapeutik menurut Wilson dan Kneist (2009) serta Stuart dan
Sundeen (2009) antara lain:
a.Mendengarkan
dengan penuh perhatian
Dalam hal ini perawat berusaha
mengerti klien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan klien. Satu
satunya orang yang dapat menceritakan kepada perawat tentang perasaan, pikiran
dan persepsi klien adalah klien sendiri. Sikap yang dibutuhkan untuk menjadi
pendengar yang baik adalah: pandangan saat bicara, tidak menyilangkan kaki dan
tangan, hindari tindakan yang tidak perlu, anggukan kepala jika klien
membicarakan hal yang penting atau memerlukan umpan balik, condongkan tubuh kea
rah lawan bicara. Mendengar ada dua macam:
b.Mendengar
pasif;
Kegiatan mendengar dengan kegiatan
non verbal unuk klien misalnya dengan kontak mata, menganggukkan kepala dan
juga keikut sertaan secara verbal misalnya”uh huuuuh”, “mmmmhhuumm”, “yeah”,
“saya dengar kamu”. Mendengar pasif akan dapat memperdayakan diri kita saat
kita mendengar dengan pasif karena kita kurang memahami perasaan orang lain.
Cara
menjadi pendengar yang efektif menurut Elli dalam Intansari Nurjannah adalah
sebagai berikut:
- Berfokus pada pemahaman apa yang dikatakan seseorang.
- Memelihara kontak mata
- Melihat sekeliling dan melakukan tugas lain serta sering merubah
- posisi menunjukkan anda mendengarkan.
- Menempatkan diri/ posisi pada level yang sama.
- Duduk jika memungkinkan.
- Memberi waktu klien untuk bicara.
- Bersikap kalem ketika klien sedang berfikir untuk menjawab.
- Sering merespon baik secara verbal/ non verbal.
- Sedikit membungkukkan badan kea rah depan pada waktu tertentu.
- Rileks.
- Postur terbuka, tangan dan kaki tidak menyilang.
- Mendengar dengan empati.
- Meninggalkan emosi dan perasaan kita dengan cara menyisihkan
- perhatian.
- Mendengarkan apa yang tidak terucap oleh klien.
- Mendengarkan bagaimana cara mengucapkan sesuatu.
- Control reaksi diri terhadap kata-kata yang emosional.
c.Mendengar
aktif
Kegiatan mendengar yang menyediakan
pengetahuan bahwa kita tahu perasaan orang lain dan mengerti mengapa dia
merasakan hal tersebut.
d.Menunjukkan
Penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui.
Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan
keraguan atau ketidak setujuan. Perawat harus waspada terhadap ekspresi wajah
dan gerakan tubuh yang menyatakan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau
menggeleng yang menyatakn tidak percaya. Berikut ini adalah sikap perawat yang
menyatak penerimaan: Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan, memberikan
umpan balik verbal yang menyatakan pengertian, memastikan bahwa isyarat non
verbal cocok dengan komunikasi verbal, menghindari perdebatan ekspresi keraguan
atau usaha untuk mengubah pikiran klien.
e.Menanyakan
pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk
mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh klien.
Oleh karena itu, pertanyaan sebaiknya dikaitkan dengan topic yang dibicarakan
dan gunakan kata- kata yang sesuai dengan konteks social budaya klien.
Contoh
:
Perawat:
“Tadi anda katakan anda memiliki 3 orang saudara, siapa yang anda rasakan
paling dekat dengan anda?”
f.Pertanyaan
terbuka (Open- Ended Question).
Pertanyaan yang tidak memerlukan
jawaban “ya” dan “mungkin”, tetapi pertanyaan memerlukan jawaban yang luas,
sehingga pasien dapat mengemukakan masalahnya, perasaan dengan kata-kata
sendiri, atau dapat memberikan informasi yang diperlukan.
Contoh:
Perawat:
“Coba ibu ceritakan apa yang biasanya dilakukan bila ibu sakit perut?” atau
“Coba ibu ceritakan tentang riwayat penyakit ibu?”
g.Mengulang
ucapan klien dengan menggunakan kata- kata sendiri.
Melalui pengulangan kembali kata-
kata klien, perawat memberikan umpan balik bahwa ia mengerti pesan klien dan
berharap komunikasi dilanjutkan.
Contoh
:
Klien:
“ Saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga.”
Perawat:
“ Saudara mengalami untuk kesulitan tidur”.
h.Mengklarifikasi.
Klarifikasi terjadi saat perawat
berusaha untuk menjelaskan dalam kata- kata, ide atau pikiran (implicit maupun
eksplisit) yang tidak jelas dikatakan oleh klien. Tujuan dari teknik ini adalah
untuk menyamakan pengertian.
Contoh:
Perawat:
“Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda katakan”. Atau “apa yang anda
maksudkan dengan…..?”
i.Memfokuskan.
Metode ini bertujuan untuk membatasi
bahan pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan mudah di
mengerti. Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode ini adalah
usahakan untuk tidak memutus pembicaraan ketika klien menyampaikan masalah yang
penting.
Contoh:
Perawat:
“Hal ini tampaknya lebih penting, mari kita bicarakan lebih dalam lagi”. Atau “
apa yang sudah kita sepakati untuk dibicarakan?”.
j.Menyatakan
hasil observasi.
Perawat harus memberikan umpan balik
kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya sehingga klien dapat
mengetahui apakah pesannya diterima dengan benar atau tidak. Dalam hal ini
perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh isyarat non verbal klien.
Teknik ini sering kali membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa perawat
harus bertanya, memfokuskan dan mengklarifikasikan pesan. Observasi dilakukan
sedemikian rupa sehingga klien tidak malu atau marah.
Contoh:
Perawat:
“Anda tampak tegang”
“Anda
tampak tidak tenang apabila anda……”
k.Menawarkan
informasi.
Memberikan tambahan informasi
merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk klien. Perawat tidak di benarkan
memberikan nasihat kepada klien ketika memberikan informasi, karena tujuan dari
tindakan ini adalah memfasilitasi lien untuk mengambil keputusan. Penahanan
informasi yang dilakukan saat klien membutuhkan akan mengakibatkan klien
menjadi tidak percaya.
l.Diam
(memelihara ketenangan).
Diam akan memberikan kesempatan
kepada perawat dank lien untuk mengorganisir pikirannya. Pengguanaan metode ini
memerlukan ketrampilan dan ketepatan waktu, jika tidak akan menimbulkan
perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya
sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses informasi. Diam sangat berguna
terutama pada saat klien harus mengambil keputusan. Diam tidak dapat dilakukan
dalam waktu yang lama karena akan mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam
juga dapat diartikan sebagai mengerti, atau marah. Diam disini juga menunjukkan
kesediaan seseorang untuk menanti orang lain agar punya kesempatan berfikir,
mesti pun begitu, diam yang tidak tepat dapat menyebabkan orang lain merasa
cemas. Diam digunakan pada saat klien perlu mengekspresikan ide tapi tidak tahu
bagaimana melakukan atau menyampaikan hal tersebut (Boyd dan Nihart, 1998).
C. Klarifikasi
Nilai dan Eksplorasi Perasaan
Klarifikasi
merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar
atau klien malu mengemukakan informasi dan perawat mencoba memahami situasi
yang digambarkan klien.
Klarifikasi
terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata- kata, ide atau
pikiran (implicit maupun eksplisit) yang tidak jelas dikatakan oleh klien.
Tujuan dari teknik ini adalah untuk menyamakan pengertian.
Nilai
adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi perawat untuk
menyadari nilai seseorang. Perawat harus berusaha mengklarifikasi nilai
sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. Dalam
hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai
pribadinya.
Emosi
merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah,
sedih, senang akan mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat perlu mengkaji emosi klien sehingga mampu memberikan asuhan keperawatan
dengan tepat. Selain itu, perawat perlu mengevaluasi emosi yang ada pada
dirinya agar dalam melakukan asuhan keperawatan tidak terpengaruh oleh emosi
bawah sadarnya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Komunikasi
terapeutik merupakan suatu bentuk komunikasi yang di rencanakan dan dilakukan
untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien.
Tujuan
komunikasi terapeutik adalah dengan memiliki ketrampilan berkomunikasi
terapeutik, perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan
klien, sehingga akan lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan
yang telah diterapkan, memberikan kepuasan professional dalam pelayanan
keperawatan dan akan meningkatkan profesi.
Tahapan
komunikasi terapeutik:
1. Tahap pra-interaksi
2. Tahap orientasi
3. Tahap kerja
4. Tahap terminasi
B.
Saran
Kami mengerti bahwa makalah kami
masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami akan menerima segala saran dari
Anda.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2007. Prosedur Penelitian
Pendekatan Proses. Rineka Cipta: Jakarta.
Aziz, Louis. 2012. Http. // Aziz
Louis. Prenadamedia. Com /2011/ 03/ Praktika Komunikasi Terapeutik. Html,
diakses tanggal 12/ 02/ 2012 10: 20
Budi Ana Keliath, 1996. Komunikasi
Terapeutik Perawat. EGC: Jakarta.
Duffy, K. G. & Wong, F. Y. 2000.
Community Psychology (2nd ed). Boston: Pearson Education.
Herry Zain Pieter, S. Psi.,
Bethsaida Janiwarti, S. Psi., 2011. Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan.
Kencana: Jakarta.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007.
Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Salemba Medika: Jakarta :.
Mukhripah, Damaiyanti, S. Kep., Ns
2011. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.
Notoatmodjo, S, 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta:Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo 2010.
Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Nursalam, 2009. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen
Penelitian Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.
Metodologi Penelitian Kesehatan.. PT Rineka Cipta: Jakarta.
Nasir, Abdul dan Abdul Muhith. 2011.
Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar Dan Teori. Salemba Medika: Jakarta.
Nazir, Mohoammad. 2009. Metode
Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta .
Langganan:
Postingan (Atom)