SATUAN
ACARA PENYULUHAN
JAMBAN
SEHAT
Bidang study : Keperawatan Komunitas
Pokok bahasan : Jamban Sehat
Sasaran : Bapak-bapak RT I RW I
Tempat : Balaidesa Grantung,
kec. Purworejo
Hari, tanggal : Kamis, 20 November 2014
Waktu : 08.00 WIB
|
I.
Latar Belakang
Di
Indonesia, penduduk pedesaan yang menggunakan air bersih baru mencapai 67,3%.
Dari angka tersebut hanya separuhnya (51,4%) yang memenuhi syarat
bakteriologis. Sedangkan penduduk yang menggunakan jamban sehat (WC) hanya 54%.
Itulah sebabnya penyakit diare sebagai salah satu penyakit yang ditularkan
melalui air masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan angka kesakitan
374 per 1000 penduduk. Selain itu diare merupakan penyebab kematian nomor 2
pada Balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur.
II.
Tujuan
Tujuan Umum
Diharapkan
setelah proses penyuluhan, keluarga dapat menerapkan tindakan jamban sehat
dalam keluarga dan juga masyarakat.
Tujuan
Khusus
Setelah mengikuti
penyuluhan kesehatan selama 1x60 menit diharapkan bapak-bapak RT I RW I Desa
Grantung dapat :
1.
Menjelaskan betapa
pentingnya jamban sehat
2.
Menyebutkan tujuan
dilaksanakannya jamban sehat
3.
Menyebutkan 8
kriteria jamban sehat
III.
Metode
1.
Ceramah
2.
Tanya Jawab
IV.
Media
1.
Leaflet berisikan
tentang jamban sehat
2.
LCD, laptop, dan
layar
3.
Media Power Point
untuk presentasi
V.
Isi Materi
-
Pengertian jamban sehat
-
Manfaat jamban sehat
-
8 kriteria jamban sehat
Pembagian
No
|
Kegiatan
|
Respon peserta
|
Waktu
|
1.
|
Pendahuluan
Menyampaikan salam
Menjelaskan tujuan
Apersepsi
|
Membalas salam
Mendengarkan
Memberikan salam
|
10
menit
|
2.
|
Penyampaian
materi
Menjelaskan pengertian jamban
sehat
Menjelaskan manfaat jamban
sehat
Menjelaskan 8 kriteria jamban
sehat
|
Mendengarkan
dan memperhatikan
|
20
menit
|
3.
|
Penutup
Tanya jawab
Menyimpulkan hasil materi
Mengucapkan salam
|
Menyampaikan pertanyaan
Mendengarkan
Menjawab salam
|
20
menit
|
VI.
Evaluasi
1. Kegiatan : jadwal,
tempat, alat bantu/media, pengorganisasian, proses penyuluhan
2. Hasil penyuluhan,
memberi pertanyaan pada warga tentang :
a.
Apa pengertian jamban sehat?
b.
Apa saja manfaat yang diperoleh dari
adanya jamban sehat?
c.
Sebutkan 8 kriteria jamban sehat?
VII.
Pengorganisasian
1.
Penanggung Jawab : Pitria Dewi, Pristian Aji dan
Pandu Sukmo
2.
Sekretaris : Nur
Hidayati dan Nurul Rachmawati
3.
Moderator : Nuriefatul
Farida
4. Penyaji : Ngadimo
5.
Observer dan dokumentasi : Nisa
Aprilia dan Restu Desniawati
VIII. Materi
JAMBAN
SEHAT
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk
dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan
unit penampungan kotoran air untuk membersihkannya.
Jenis jamban ada 3,
yaitu :
1.
Jamban
cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air.
2.
Jamban
tangki septik/leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah
padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu lubang
penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang
dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban).
3.
Daerah
pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan kurang
lebih 60 cm dari permukaan air pasang. Setiap aggota rumah tangga harus
menggunakan jamban untuk buang airbesar/buang air kecil.
Tujuan menggunakan
jamban :
1.
Menjaga
lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau
2.
Tidak
mencemari sumber air yang ada di sekitamya.
3.
Tidak
mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit
Diare, Kolera Disentri, Thypus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan,
penyakit kulit dan keracuanan
Persyaratan jamban
sehat (Notoadmojo, 2003) :
1.
Tidak mengotori permukaan tanah di
sekeliling jamban tersebut
2.
Tidak mengotori air permukaan di
sekitarnya
3.
Tidak mengotori air tanah
4.
Tidak menimbulkan bau
5.
Mudah dipergunakan
6.
Mudah dipelihara
7.
Desain sederhana
8.
Biaya pembangunan murah
Cara memelihara jamban
sehat :
1. Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada genangan
air
2. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban
dalam keadaan bersih
3. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
4. Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran
5. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih)
6. Bila ada kerusakan segera diperbaiki
7. Pakailah karbol pada saat membersihkan lantai agar bebas
penyakit
8. Hindarkan menyiram air sabun ke dalam bak pembuangan/atau
ke dalam kloset agar bakteri pembusuk tetap berperan aktif
9. Jangan menggunakan alat pembersih yang keras agar kloset
tidak cepat rusak.
10. Jangan membuang kotoran yang tidak mudah larut ke dalam
air misal : kertas, kain bekas, dll.
Secara konstruksi kriteria di atas dalam
prakteknya mempunyai banyak bentuk pilihan, tergantung jenis material penyusun
maupun bentuk konstruksi jamban. Pada prinsipnya bangunan jamban dibagi menjadi
3 bagian utama, bangunan bagian atas (rumah jamban), bangunan bagian tengah
(slab/dudukan jamban), serta bangunan bagian bawah (penampung tinja).
1. Rumah jamban (bangunan bagian atas)
Bangunan bagian atas bangunan jamban terdiri dari atap, rangka dan
dinding. Dalam prakteknya disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat.
Beberapa pertimbangan pada bagian ini antara lain :
Beberapa pertimbangan pada bagian ini antara lain :
-
Sirkulasi udara yang cukup
-
Bangunan mampu menghindarkan pengguna terlihat dari luar
-
Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca (baik musim panas maupun musim
hujan)
-
Kemudahan akses di malam hari
-
Disarankan untuk menggunakan bahan local
-
Ketersediaan fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk cuci tangan
2. Slab / dudukan jamban (bangunan bagian
tengah)
Slab berfungsi sebagai penutup sumur tinja (pit)
dan dilengkapi dengan tempat berpijak. Pada jamban cemplung slab dilengkapi
dengan penutup, sedangkan pada kondisi jamban berbentuk bowl (leher angsa)
fungsi penutup ini digantikan oleh keberadaan air yang secara otomatis
tertinggal di didalamnya. Slab dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang
penggunanya. Bahan-bahan yang digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan
seperti kayu, beton, bambu dengan tanah liat, pasangan bata, dan sebagainya.
Selain slab, pada bagian ini juga dilengkapi dengan abu atau air. Penaburan
sedikit abu ke dalam sumur tinja (pit) setelah digunakan akan mengurangi bau
dan kelembaban, dan membuatnya tidak menarik bagi lalat untuk berkembang biak.
Sedangkan air dan sabun digunakan untuk cuci tangan.
Pertimbangan untuk bangunan bagian tengah:
-
Terdapat penutup pada lubang sebagai pelindung terhadap gangguan serangga atau
binatang lain.
-
Dudukan jamban dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan (menghindari
licin, runtuh, atau terperosok).
-
Bangunan dapat menghindarkan/melindungi dari kemungkinan timbulnya bau.
-
Mudah dibersihkan dan tersedia ventilasi udara yang cukup.
3. Penampung tinja (bangunan bagian bawah)
Penampung tinja adalah lubang di bawah tanah,
dapat berbentuk persegi, lingkaran, bundar atau yang lainnya. Kedalaman
tergantung pada kondisi tanah dan permukaan air tanah di musim hujan. Pada
tanah yang kurang stabil, penampung tinja harus dilapisi seluruhnya atau
sebagian dengan bahan penguat seperti anyaman bambu, batu bata, ring beton, dan
lain – lain.
Pertimbangan untuk bangunan bagian bawah antara lain:
-
Daya resap tanah (jenis tanah)
-
Kepadatan penduduk (ketersediaan lahan
-
Ketinggian muka air tanah
-
Jenis bangunan, jarak bangunan dan kemiringan letak bangunan terhadap sumber
air minum (lebih baik diatas 10 m)
-
Umur pakai (kemungkinan pengurasan, kedalaman lubang/kapasitas)
-
Diutamakan dapat menggunakan bahan local
-
Bangunan yang permanen dilengkapi dengan manhole
Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat
sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit berbasis lingkungan, sehingga untuk
memutuskan rantai penularan ini harus dilakukan rekayasa pada akses ini. Agar
usaha tersebut berhasil, akses masyarakat pada jamban (sehat) harus mencapai
100% pada seluruh komunitas. Keadaan ini kemudian lebih dikenal dengan istilah
Open Defecation Free (ODF).
Suatu masyarakat disebut ODF jika :
Suatu masyarakat disebut ODF jika :
-
Semua masyarakat telah BAB (Buang Air Besar) hanya di jamban yang sehat dan
membuang tinja/ kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat (termasuk di sekolah)
-
Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar
-
Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah
kejadian BAB di sembarang tempat
-
Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100% KK
mempunyai jamban sehat
-
Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai Total Sanitasi
Suatu komunitas yang sudah mencapai status Bebas
dari Buang Air Besar Sembarangan, pada tahap pasca ODFdiharapkan akan mencapai
tahap yang disebut Sanitasi Total. Sanitasi Total akan dicapai jika semua
masyarakat di suatu komunitas, telah:
-
Mempunyai akses dan menggunakan jamban sehat
-
Mencuci tangan pakai sabun dan benar saat sebelum makan, setelah BAB, sebelum
memegang bayi, setelah menceboki anak dan sebelum menyiapkan makanan
-
Mengelola dan menyimpan air minum dan makanan yang aman
- Mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat).
- Mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat).
Untuk menentukan suatu komunitas telah mencapai status ODF,
dilakukan dengan proses verifikasi.
maaf, bisa liat leafflet tentang jambannya ga ya ?? lg butuh soalnya hehe
BalasHapus