MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Berdasarkan
konseptual model keperawatan, maka dapat dikelompokkan ke dalam 6 model yaitu:
1.
Psycoanalytical (Freud, Erickson)
Model
ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila ego(akal)
tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting).
Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata
tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber ich), akan mendorong
terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of Behavioral).
Faktor
penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis
terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak
tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar
berkata- kata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya
pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas
pada masa dewasa.
Proses
terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa
mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat
dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam
bawah sadarnya digali dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic
masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan
keahlian dan latihan yang khusus.
Dengan
cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan
therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran
perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai
keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu
misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secar kasar,
diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan
menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling
percaya).
2.
Interpersonal ( Sullivan, peplau)
Menurut
konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya ancaman.
Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety).
Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan
dengan orang lain (interpersonal).
Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak
atau tidak diterima oleh orang sekitarnya.
Proses
terapi menurut konsep ini adalh Build
Feeling Security (berupaya membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction
(menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul
dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran
perawat dalam terapi adalah share
anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan
klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang
lain), therapist use empathy and
relationship ( perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan
apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal yang
mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.
3. Social ( Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini seseorang akan
mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor
social dan factor lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang (
social and environmental factors
create stress, which cause anxiety and symptom).
Prinsip proses terapi yang sangat
penting dalam konsep model ini adalah environment manipulation and social
support ( pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial)
Peran perawat dalam memberikan terapi
menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber
yang ada di masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau
suami-istri. Sedangkan therapist berupaya : menggali system sosial klien
seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat
kerja.
4. Existensial ( Ellis, Rogers)
Menurut teori model ekistensial
gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati
dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya.
Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-image-nya
Prinsip dalam proses terapinya adalah :
mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami
riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai
panutan (experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara
introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan
(conducted in group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima
kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept
self and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah : klien
dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk
memperlajari dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya
melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran
diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward & punishment.
5. Supportive Therapy ( Wermon,
Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini
adalah: factor biopsikososial dan respon maladaptive saat ini. Aspek
biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk.
Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang
percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki
masalah seperti : susah bergaul, menarik diri, tidak disukai, bermusuhan, tidak
mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi
menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan
dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada
kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah
menguatkan respon coping adaptif, individu diupayakan mengenal telebih dahulu
kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai
alternative pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam
melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien.
Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk
menyiapkan coping klien yang adaptif.
6. Medica ( Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa
cenderung muncul akibat multifactor yang kompleks meliputi: aspek fisik,
genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus
lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik
interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan
prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan dalam
pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose, dan
menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.
https://hidayat2.wordpress.com/2009/03/26/model-keperawatan-kesehatan-jiwa/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar