LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMI
Definisi
Hipoglikemia atau
penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada
di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan
yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing,
lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak
jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia).
(Nabyl, 2009)
Hipoglikemia
adalah glukosa darah rendah, terjadi pada atau tergantung pada kadar gula atau
glukosa di dalam tubuh lebih rendah dari kebutuhan tubuh.(www.medicare.com)
Anatomi Fisiologi
Pengaturan Kadar Glukosa Darah
Peristiwa
glukoneogenesis berperan penting dalam penyediaan energi bagi kebutuhan tubuh,
khususnya sistem saraf dan peredaran darah (eritrosit). Kegagalan
glukoneogenesis berakibat FATAL, yaitu terjadinya DISFUNGSI OTAK yang berakibat
KOMA dan kematian. Hal ini terjadi bilamana kadar glukosa darah berada di bawah
nilai kritis. Nilai normal laboratoris dari glukosa dalam darah ialah : 65 –
110 ml/dL atau 3.6 – 6.1 mmol/L. Setelah penyerapan makanan kadar glukosa darah
pada manusia berkisar antara 4.5 – 5.5 mmol/L. Jika orang tersebut makan
karbohidrat kadarnya akan naik menjadi sekitar 6.5 – 7.2 mmol/L. Saat puasa
kadar glukosa darah turun berkisar 3.3 – 3.9 mmol/L.
Pengaturan
kadar glukosa darah dilakukan melalui mekanisme metabolik dan hormonal.
pengaturan tersebut termasuk bagian dari homeostatik. Aktivitas metabolik yang
mengatur kadar glukosa darah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : (1)
Mutu dan Jumlah Glikolisis dan glukoneogenesis, (2) Aktivitas enzim-enzim,
seperti glukokinase dan heksokinase.hormon penting yang memainkan peranan
sentral dalam pengaturan kadar glukosa darah adalah insulin. insulin dihasilkan
dari sel-sel b dari pulau-pulau langerhans pankreas dan disekresikan langsung
ke dalam darah sebagai reaksi langsung bila keadaan hiperglikemia.
Proses pelepasan insulin dari sel B pulau Langerhans Pankreas dijelaskan sebagi berikut :
• Glukosa dengan bebas dapat memasuki sel-sel B Langerhans karena adanya Transporter glut 2. glukosa kemudian difosforilasi oleh enzim glukokinase yang kadarnya tinggi. Konsentrasi glukosa darah mempengaruhi kecepatan pembentukan ATP dari proses glikolisis, glukoneogenesis, siklus Kreb dan Electron Transport System di mitokondria.
• Peningkatan produksi ATP akan menghambat pompa kalium ( K+ pump) sehingga membran sel-sel B mengalami depolarisasi sehingga ion-ion Kalsium ( Ca2+ ) masuk ke dalam membran dan mendorong terjadinya eksositosis insulin. Selanjutnya insulin dibawa darah dan mengubah glukosa yang kadarnya tinggi menjadi glikogen.
• Enzim yang kerjanya berlawanan dengan insulin adalah glukagon. glukoagon dihasilkan oleh sel-sel a langerhans pankreas. sekresi hormon ini distimulasi oleh keadaan hipoglikemia. bila glukoagon yang dibawa darah sampai di hepar maka akan mengaktifkan kerja enzim fosforilase sehingga mendorong terjadinya glukoneogenesis.
Proses pelepasan insulin dari sel B pulau Langerhans Pankreas dijelaskan sebagi berikut :
• Glukosa dengan bebas dapat memasuki sel-sel B Langerhans karena adanya Transporter glut 2. glukosa kemudian difosforilasi oleh enzim glukokinase yang kadarnya tinggi. Konsentrasi glukosa darah mempengaruhi kecepatan pembentukan ATP dari proses glikolisis, glukoneogenesis, siklus Kreb dan Electron Transport System di mitokondria.
• Peningkatan produksi ATP akan menghambat pompa kalium ( K+ pump) sehingga membran sel-sel B mengalami depolarisasi sehingga ion-ion Kalsium ( Ca2+ ) masuk ke dalam membran dan mendorong terjadinya eksositosis insulin. Selanjutnya insulin dibawa darah dan mengubah glukosa yang kadarnya tinggi menjadi glikogen.
• Enzim yang kerjanya berlawanan dengan insulin adalah glukagon. glukoagon dihasilkan oleh sel-sel a langerhans pankreas. sekresi hormon ini distimulasi oleh keadaan hipoglikemia. bila glukoagon yang dibawa darah sampai di hepar maka akan mengaktifkan kerja enzim fosforilase sehingga mendorong terjadinya glukoneogenesis.
Etiologi
Hipoglikemia
bisa disebabkan oleh:
a)
Pelepasan
insulin yang berlebihan oleh pankreas
b)
Dosis
insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c)
Kelainan
pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d)
Kelainan
pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
Faktor predisposisi terjadinya
hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan insulin atau sulfonylurea:
(Mansjoer A, 1999)
1. Faktor-faktor
yang berkaitan dengan pasien
a) pengurangan/keterlambatan makan
b) kesalalahan dosis obat
c) latihan jasmani yang berlebihan
d) penurunan kebutuhan insulin
a. penyembuhan dari penyakit
b. nefropati diabetic
c. hipotiroidisme
d. penyakit Addison
e. hipopituitarisme
e) hari-hari pertama persalinan
f) penyakit hati berat
g) gastro paresis diabetic
2. Faktor-faktor
yang berkaitan dengan dokter
a) pengendalian glukosa darah yang
ketat
b) pemberian obat-obat yang mempunyai
potensi hiperglikemik
c) penggantian jenis insulin
Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak
terutama bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat
jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan
glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Oleh karena
itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang
telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM).
Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian
besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Apabila
jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula,
di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua
factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa
bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic
yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan
dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat
dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium
serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain
adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-asam lemak bebas dan
gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati, pada
keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai
akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya
keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi
darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada
hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik
akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada
hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak
tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan
berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa
di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi,
perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan
perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala
adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada
hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami
disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan
kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).
Pathway
Tanda Gejala
Di kutip dari Karen Bruke 2005 ada
beberapa tanda gejala ataupun manifestasi klinis yang meliputi:
1. Lapar
2. Mual-muntah
3. Pucat,kulit dingin
4. Sakit kepala
5. Nadi cepat
6. Hipotensi
7. Irritabilitas
Manifestasi sebab perubahan fungsi
serebral
1. Sakit kepala
2. Koma
3. Kesulitan dalam berfikir
4. Ketidakmampuan dalam berkonsentrasi
5. Perubahan dalam sikap emosi
Pengkajian
Fokus
Pengkajian Primer
1.
Airway
: Tidak ada gangguan
2.
Breathing
: Merasa kekurangan oksige dan napas tersengal-sengal
3.
Circulation
: Kebas, kesemutan di bagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, dan
penurunan kesadaran
4. Disability : Menilai kesadaran
pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri atau sama
sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan pasien
posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi. Segera
berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.
Pengkajian
Sekunder
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala
: Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat/tidur.
Tanda
: Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas, Letargi/disorientasi,
koma
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi,
kebas dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama,
takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi
yang menurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit
panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
3. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah
finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
Gejala :
Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda :
Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembangmenjadi oliguria/anuria,
jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen
keras, adanya asites, bising usus lemahdan menurun, hiperaktif (diare)
5. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan,
mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat,
penurunan berat badan lebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan
diuretik (Thiazid).
Tanda : Kulit kering/bersisik,
turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan
kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau
buah (napas aseton)
6. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit
kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk,
alergi, stupor/koma (tahap lanjut), gangguan memori (baru, masa lalu), kacau
mental, refleks tendon dalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut
dari DKA).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri
(sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan
palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8. Pernapasan
Gejala :
Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya
infeksi/tidak).
Tanda :
Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat
9. Keamanan
Gejala :
Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda :
Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya kekuatan
umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan
(jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
10. Seksualitas
Gejala :
Rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme
pada wanita
11. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM,
jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii
steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan
kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai
pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diit,
pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadapglukosa darah.
Diagnosa Keperawatan
1.
Risiko kekurangan volume cairan
2.
Hipotermi
3.
Intoleran
aktivitas
Daftar
Pustaka
Joanne C. McCloskey. 1996. Nursing
Intervention Classification (NIC). Mosby-Year Book
Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice
Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC Intervention and NOC Outcomes.
Upper Saddle River: New Jersey
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI
Santosa, Budi. 2007. Panduan
Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar