EMPEDU
Fungsi kandung empedu
Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan cairan empedu dan
memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan
elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel
hati.
Pada individu normal, cairan empedu mengalir ke kandung empedu pada saat katup
Oddi tertutup. Dalam kandung empedu, cairan empedu dipekatkan dengan
mengabsorpsi air. Derajat pemekatannya diperlihatkan oleh peningkatan
konsentrasi zat-zat padat. Cairan empedu yang dihasilkan oleh hati mengandung
97% air, sedangkan kadar rata-rata air yang terkandung dalam cairan empedu yang
telah tersimpan didalam kandung empedu adalah 89%. Bila saluran empedu dan
duktus sistikus dijepit, maka tekanan dalam saluran empedu akan naik
sampai kira-kira 30 mm cairan empedu dalam 30 menit dan sekresi empedu
berhenti. Akan tetapi bila saluran empedu dijepit dan duktus sistikus dibiarkan
terbuka, air akan diabsorspi dalam kandung empedu dan tekanan intrafilier naik
hanya kira-kira 100 mm cairan empedu selama beberapa jam.
Cairan yang disekresikan oleh sel-sel hepatosit dalam organ hati adalah cairan
yang berwarna kekuningan atau kecoklatan atau kuning kehijauan yang
disekresikan oleh sel-sel hati. Setiap hari sel-sel hati mensekresikan 800-1000
ml cairan empedu dengan pH sekitar 7,6-8,6. Cairan empedu sebagian besar
terdiri atas air, garam-garam empedu, kolesterol, dan sebuah fosfolipid
(lesitin), pigmen-pigmen empedu dan beberapa ion-ion, serta zat-zat lain yang
ada dalam larutan elektrolit alkali yang mirip dengan getah pankreas.
Fungsi empedu adalah untuk membuang
limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan
kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Garam
empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang
larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang
berasal dari penghancuran sel darah merah diubah menjadi bilirubin (pigmen utama
dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu.
Berbagai protein yang memegang peranan penting dalam fungsi empedu juga
disekresi dalam empedu.
Proses pembentukkan empedu
Empedu sebagian besar adalah hasil dari excretory dan sebagian adalah sekresi
dari pencernaan. Garam-garam empedu termasuk ke dalam kelompok garam natrium
dan kalium dari asam empedu yang berkonjugasi dengan glisin atau taurin suatu
derifat atau turunan dari sistin, mempunyai peranan sebagai pengemulsi,
penghancuran dari molekul-molekul besar lemak menjadi suspensi dari lemak
dengan diameter ± 1mm dan absorpsi dari lemak,
tergantung dari sistem pencernaannya. Terutama setelah garam-garam empedu
bergabung dengan lemak dan membentuk Micelles (agergat dari asam lemak,
kolesterol dan monogliserida), kompleks yang larut dalam air sehingga lemak
dapat lebih mudah terserap dalam sistem pencernaan (efek hidrotrofik). Ukuran
lemak yang sangat kecil sehingga mempunyai luas permukaan yang lebar sehingga
kerja enzim lipase dari pankreas yang penting dalam pencernaan lemak dapat
berjalan dengan baik. Kolesterol larut dalam empedu karena adanya garam-garam
empedu dan lesitin.
Zat-zat yang dibentuk dalam empedu antara lain adalah:
Bilirubin, yang juga dikenal sebagai pigmen empedu, merupakan hasil dari
metabolisme hem. Hem, yang merupakan bagian nonprotein dari hemoglobin, akan
mengalami perubahan lagi menjadi biliverdin, lalu bilirubin. Keseluruhan proses
perubahan ini berlangsung di hati. Sekitar 70-80% bilirubin diperoleh dari
pemecahan hem yang berasal dari hemoglobin ini, dan 20-25% berasal dari protein
hem lain seperti mioglobin, sitokrom (yang mengandung hem) dan katalase.
Sebagian kecil diperoleh dari penghancuran sel eritroid muda (akibat
eritropoesis yang tidak efektif).
Dalam metabolismenya, struktur bilirubin yang dihasilkan dari
perubahan-perubahan hemoglobin itu bersifat tidak larut dalam air, tetapi
sangat larut dalam lemak. Karena sifat tidak larut dalam air ini, maka di dalam
plasma darah, bilirubin harus diangkut dengan bantuan suatu pembawa (karier),
dan karier fisiologis tersebut adalah albumin serum. Bilirubin dalam bentuk
ikatan bilirubin-albumin akan beredar di dalam sirkulasi darah, untuk kemudian
masuk ke dalam sel hati. Pada permukaan sinusoid hati, bilirubin tidak
terkonjugasi akan melepaskan diri dari ikatannya dengan albumin, dan masuk
melalui membran sel hati dengan cara difusi (facilitated diffusion).
Di dalam sel hati (hepatosit), bilirubin diikat oleh 2 protein intraseluler
utama dalam sitoplasma, protein sitosolik Y (misalnya, ligandin atau
glutathione S-transferase B) dan protein sitosolik z (dikenal juga sebagai
fatty acid–binding protein [FABP]).
Agar bilirubin dapat diekskresikan ke dalam empedu (untuk kemudian dikeluarkan
ke usus), terlebih dulu ia harus dibuat dapat larut dalam air. Untuk mencapai
maksud tersebut, maka di dalam sel parenkim hati, sebagian besar bilirubin akan
dikonjugasikan dengan asam glukuronat.
Dua asam empedu utama (primer) yang dibentuk dalam hati adalah asam kolat dan
asam kenodeoksikolat. Dalam usus besar, bakteri mengubah asam kenodoeksikolat
dan asam deoksikolat menjadi asam litokolat. Karena asam deoksikolat dan asam
litokolat di bentuk oleh kerja bakteri, asam deoksikolat dan asam litokolat
dinamakan asam empedu sekunder. Konjugasi asam-asam terjadi dalam empedu dan
konjugatnya, misalnya asam glikokolat dan asam taurokolat membentuk garam
natrium dan garam kalium dalam empedu hati yang bersifat alkali.
Air
97,0%
Garam empedu 0,7%
Pigmen empedu 0,2%
Kolesterol
0.06%
Garam anorganik 0.7%
Asam lemak 0.15%
Lesitin
0.1%
Lemak
0.1%
Alkali fosfatase ....
Penatalaksanaan
Jika tidak ditemukan gejala, maka
tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri yang hilang timbul bisa dihindari atau
dikurangi dengan menghindari atau mengurangi makanan berlemak. Penatalaksanaan
pada penderita kolelitiasis dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a.
Konservatif (non bedah)
-
diet rendah lemak
-
obat-obat antikolinergik-antispasmodik
-
analgesic
-
antibiotic, bila disertai kolesistitis.
-
asam empedu (asam kenodeoksikolat) 6,75-4,5 g/hr, diberikan dalam waktu yang
lama.
Dikatakan dapat menghilangkan batu
empedu, terutama batu kolesterol. Asam ini mengubah empedu yang mengandung
banyak kolesterol (lithogenic bile) menjadi empedu dengan komposisi normal.
Dapat juga untuk pencegahan, namun efek toksiknya banyak, kadang-kadang diare.
-
Lisis batu : pelarutan batu dengan menggunakan metal-butil-eter
-
Litotripsi : pemecahan batu empedu dengan gelombang kejut dari perangkat
elektomagnetik yaitu ESWL (Extracorporal Shock-Wave Lithotripsy).
-
Pengobatan endoskopi.
b.
Bedah
Indikasi operasi batu kandung empedu salah satunya
adalah kolelitiasis yang disertai keluhan / simptomatik.
Yaitu nyeri hilang timbul di daerah uluhati atau
kanan atas perut. Rasa nyeri dapat menjalar ke punggung atau ujung bahu kanan
dapat disertai mual dan muntah2
-
Kolesistektomi
Jika batu kandung empedu menyebabkan
serangan nyeri berulang meskipun telah dilakukan perubahan pola makan, maka
dianjurkan untuk menjalani pengangkatan kandung empedu. Dengan kolesistektomi,
pasien tetap dapat hidup normal, makan seperti biasa. Umumnya dilakukan pada
pasien dengan kolik bilier atau diabetes.
Kolesistektomi dapat dilakukan
secara operatif maupun laparoskopik.
1.
Kolesistektomi terbuka (operatif)
Operasi ini merupakan standar
terbaik untuk penanganan pasien dengan kolelitiasis simtomatik. Komplikasi yang
paling bermakna yang dapat terjadi adalah cedera duktus biliaris yang terjadi
pada 0,2% pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur ini kurang
dari 0,5%. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris
rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.
2.
Kolesistektomi laparaskopi
Indikasi awal hanya pasien dengan
kolelitiasis simtomatik tanpa adanya kolesistitis akut. Dengan kolesistektomi
laparoskopi, kandung empedu diangkat melalui selang yang dimasukkan lewat
sayatan kecil di dinding perut. Jenis pembedahan ini memiliki keuntungan :
-
mengurangi rasa tidak nyaman pasca pembedahan
-
memperpendek masa perawatan di rumah sakit.
Penyebab
Etiologi batu empedu masih belum diketahui
secara pasti. Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko
dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang,
semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut
antara lain:
a.
Jenis Kelamin
Wanita mempunyai resiko 2-3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh
terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang
menigkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko terkena kolelitiasis.
Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon (esterogen) dapat meningkatkan
kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas pengosongan kandung
empedu.
b.
Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk
terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda.
c.
Obesitas
Kondisi obesitas akan meningkatkan metabolism umum, resistensi
insulin, diabetes militus tipe II, hipertensi dan hyperlipidemia berhubungan
dengan peningkatan sekresi kolesterol hepatica dan merupakan faktor resiko
utama untuk pengembangan batu empedu kolesterol.
d.
Statis Bilier
Kondisi statis bilier menyebabkan peningkatan risiko batu empedu.
Kondisi yang bisa meningkatkan kondisi statis, seperti cedera tulang belakan
(medulla spinalis), puasa berkepanjangan, atau pemberian diet nutrisi total
parenteral (TPN), dan penurunan berat badan yang berhubungan dengan kalori dan
pembatasan lemak (misalnya: diet rendah lemak, operasi bypass lambung). Kondisi
statis bilier akan menurunkan produksi garam empedu, serta meningkatkan
kehilangan garam empedu ke intestinal.
e.
Obat-obatan
Estrogen yang diberikan untuk kontrasepsi atau untuk pengobatan kanker
prostat meningkatkan risiko batu empedu kolesterol. Clofibrate dan obat fibrat
hipolipidemik meningkatkan pengeluaran kolesterol hepatic melalui sekresi
bilier dan tampaknya meningkatkan resiko batu empedu kolesterol. Analog
somatostatin muncul sebagai faktor predisposisi untuk batu empedu dengan
mengurangi pengosongan kantung empedu.
f.
Diet
Duet rendah serat akan meningkatkan asam empedu sekunder (seperti asam
desoksikolat) dalam empedu dan membuat empedu lebih litogenik. Karbohidrat
dalam bentuk murni meningkatkan saturasi kolesterol empedu. Diet tinggi
kolesterol meningkatkan kolesterol empedu.
g.
Keturunan
Sekitar 25% dari batu empedu kolesterol, faktor predisposisi tampaknya
adalah turun temurun, seperti yang dinilai dari penelitian terhadap kembar
identik fraternal.
h.
Infeksi Bilier
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memgang peranan sebagian pada
pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan mucus.
Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai pusat presipitasi.
i.
Gangguan Intestinal
Pasien pasca reseksi usus dan penyakit crohn memiliki risiko penurunan
atau kehilangan garam empedu dari intestinal. Garam empedu merupakan agen
pengikat kolesterol, penurunan garam pempedu jelas akan meningkatkan
konsentrasi kolesterol dan meningkatkan resiko batu empedu.
j.
Aktifitas fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhungan dengan peningkatan resiko terjadinya
kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit
berkontraksi.
k.
Nutrisi intravena jangka lama
Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak
terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati
intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam
kandung empedu.