ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN OTITIS MEDIA
Disusun dalam rangka memenuhi tugas
kelompok
Mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah
Dosen Pembimbing Saelan, S. Kep. Ns
Oleh
:
1. Nisa
Aprilia Saputri (13043)
2. Nurifatul
Farida (13045)
3. Pandu
Sukmo N. (13047)
AKADEMI
KEPERAWATAN KABUPATEN PURWOREJO
Tahun
Ajaran 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Otitis Media ini
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih
pada bapak Saelan, S. Kep. Ners. selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai definisi, etiologi dan segala
hal yang berkaitan dengan Otitis Media. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Purworejo,
22 Oktober 2014
Penyusun
Penyusun
OTITIS MEDIA
Definisi
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbangan). Anatominya juga sangat rumit . Indera
pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara
tergantung pada kemampuan mendengar.(Roger watson, 2002, 102)
Otitis media adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga
tengah. Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan
infeksi saluran tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran,
mengakibatkan tersumbatnya saluran. (Mansjoer, 2001, 76).
Otitis
Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena
masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, 2001).
Otitis
Media Akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga
tengah (Mansjoer,
Arif, 2001).
Otitis media adalah
peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum
mastoid dan sel-sel mastoid (Ahmad Mufti, 2005)
Anatomi Fisiologi
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu
telinga luar, tengah dan dalam. Dalam perkembangannya telinga dalam merupakan
organ yang pertama kali terbentuk mencapai konfingurasi dan ukuran dewasa pada
trimester pertengahan kehamilan. Sedangkan telinga tengah dan luar belum
terbentuk sempurna saat kelahiran, akan tumbuh terus dan berubah bentuk sampai
pubertas.
a)
Telinga dalam
Labirin mulai berdiferensiasi pada akhir minggu ketiga
dengan munculnya plakoda otik (auditori). Dalam waktu kurang dari satu minggu
plakoda tersebut mengalami invaginasi membentuk lekuk pendengaran, kemudian
berdilatasi membentuk suaru kantong, selanjutnya tumbuh menjadi vesikula
auditorius.
Suatu proses migrasi, pertumbuhan dan elongasi vesikula
kemudian berlangsung dan segera membuat lipatan pada dinding kantong yang
secara jelas memberi batas tiga divisi utama vesikula auditorius yaitu sakus
dan duktus endolimfarikus, utrikulus dengan duktus semi sirkuler dan sakulus
dengan duktus koklea. Dari utrikulus kemudian timbul tiga tonjolan mirip
gelang. Lapisan membran yang jauh dari perifer gelang diserap meninggalkan tiga
kanalis semisirkularis pada perifer gelang. Sakulus kemudian membentuk duktus
koklearis berbenruk spiral.Secara filogenetik organ-organ akhir khusus berasal
dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang dalam kanalis
semisirkularis untuk membentuk krista. Di dalam utrikulus dan sakulus membentuk
makula dan dalam koklea membentuk organon koiti. Diferensiasi ini berlangsung
dari minggu keenam sampai ke 10 fetus, pada saat itu hubungan definitive
seperfi telinga orang dewasa telah siap.
b)
Telinga Luar dan Tengah
Ruang telinga tengah, mastoid, permukaan dalam membijana
timpani dan tuba. Eustachius berasal dari kantong faring pertama. Perkembangan
prgan ini dimulai pada minggu keempat dan berlanjut sampai minggu ke 30 fetus,
kecuali pneumatisasi mastoid yang terus berkembang sampai pubertas.
Osikel berasal dari mesoderm celah brankial pertama dan
kedua, kecuali basis stapes yang berasal dari kapsul otik. Osikel berkembang
mulai minggu kedelapan sampai mencapai bentuk- komplet pada minggu ke 26 fetus.
Liang telinga luar berasal dari ektoderm celah brankial
pertama.Membrana timpani mewakili membran penutup celah tersebut. Pada awalnya
liang telinga luar tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan padat,
akan tetapi akan mengalami rekanalisasi.
Komplikasi
1.
Peradangan
telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi secarabenar dan adekuat
dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengahtermasuk ke otak, namun ini
jarang terjadi setelah adanya pemberianantibiotik.
2.
Mastoiditis
3.
Kehilangan
pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani
4.
Keseimbangan
tubuh terganggu
5.
Peradangan
otak kejang
Etiologi
1.
Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dari
otitis media yang menyebabkan pertahanan
tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi
kuman ke dalam telinga tengah juga akan terganggu
2.
ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya (misal
: sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitis
alergika). Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan
terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba
eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.
3. Bakteri
Bakteri yang
umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis, dan bakteri
piogenik lain, seperti
Streptococcus
hemolyticus, Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus
vulgaris.
Tanda Gejala
1.
Otitis
Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi
menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan sementara atau sangat
berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada
orang dewasa.
Membrane
tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat,
tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau
negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop
), dapat mengalami perforasi.
a.
Otorrhea,
bila terjadi rupture membrane tymphani
b.
Keluhan
nyeri telinga ( otalgia )
c.
Demam
d.
Anoreksia
e.
Limfadenopati
servikal anterior
Stadium Otitis
Media Akut
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai
akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium yaitu:
1)
Stadium oklusi tuba eustakhius
Adanya gambaran
retraksi akibat terjadinya tekanan negative di dalam tekanan tengah, karena
adanya absorbs udara. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat
dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan Otitis Media Serosa yang
disebabkan oleh virus atau alergi.
2)
Stadium hiperemesis (stadium
presupurasi)
Stadium ini
tampak pembuluh daerah yang melebar di membrane timpani atau seluruh membrane
timpani tampak hiperemesis serta edema. Secret yang telah terbentuk mungkin
masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
3)
Stadium supurasi
Edema yang
hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta
terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membrane
timpani menonjol kea rah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak
sakit, suhu meningkat, rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah
di cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi ischemia akibat tekanan pada
kapiler dan timbulnya trombophlebitis pada vena kecil dan nekrosis mukosa, dan
submukosa. Nekrosis terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna
kekuningan dan di tempat ini akan terjadi ruptur.
4)
Stadium perforasi
Akibat
terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat
terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke
liang telinga luar, pada keadaan ini anak yang tadinya gelisah menjadi tenang,
suhu badan turun dan anak tidur nyenyak. Keadaan ini disebut Otitis Media Akut
Stadium Perforasi.
5)
Stadium resolusi
Bila membran
timpani utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali, bila sudah perforasi maka
secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahanm tubuh baik atau
virulensi kuman reda, maka resolusi dapat terjadi, walaupun tanpa pengobatan.
2.
Otitis
Media Serosa
Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh
atau gatal dalam telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau
berderik, yang terjadi ketika tuba eustachii berusaha membuka. Membrane
tymphani tampak kusam (warna kuning redup sampai abu-abu pada otoskopi
pneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara dalam telinga tengah. Audiogram
biasanya menunjukkan adanya kehilangan pendengaran konduktif.
3.
Otitis
Media Kronik
Gejala dapat minimal, dengan berbagai
derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea intermitten atau persisten
yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis
akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan
edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi
otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma
dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane timpani atau keluar ke
kanalis eksterna melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak
terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus
kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau
campuran.
Komplikasi yang terjadi :
1)
Sukar menyembuh
2)
Cepat kambuh kembali setelah nyeri
telingaa berkurang
3)
Ketulian sementara atau menetap
4)
Penyebaran infeksi ke struktur
sekitarnya yang menyebabkan mastoiditis akut, kelumpuhan saraf facialis,
komplikasi intracranial(meningitis, abses otak), thrombosis sinus lateralis.
Patofisiologi
Pada gangguan ini biasanya terjadi disfungsi tuba eustachii
seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran nafas atas, sehingga
timbul tekanan negative di telinga tengah. Sebaliknya, terdapat gangguan
drainase cairan telinga tengah dan kemungkinan refluks sekresi esophagus ke
daerah ini yang secara normal bersifat steril. Cara masuk bakteri pada
kebanyakan pasien kemungkinan melalui tuba eustachii akibat kontaminasi secret
dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga tengah bila ada perforasi
membran tymphani. Eksudat purulen biasanya ada dalam telinga tengah dan
mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif.
Pathway Otitis Media
Pengkajian Fokus
Pengumpulan
pengkajian data melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik seperti di
bawah ini :
1)
Riwayat kesehatan : adakah baru-baru
ini infeksi pernafasan atas ataukah sebelumnya klien mengalami ISPA, ada nyeri daerah
telinga, perasaan penuh atau tertekan di dalam telinga, perubahan pendengaran.
2)
Pemeriksaan fisik : tes pendengaran,
memeriksa membran timpani.
3)
Data yg muncul pada saat pengkajian
4)
Sakit telinga/nyeri
5)
Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran
pada satu atau kedua telinga
6)
Tinitus
7)
Perasaan penuh pada telinga
8)
Suara bergema dari suara sendiri
9)
Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau
menelan
10) Vertigo,
pusing, gatal pada telinga
11) Penggunaan
minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga
12) Penggunanaan
obat (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)
13) Tanda-tanda
vital (suhu bisa sampai 40°C), demam
14) Kemampuan
membaca bibir atau memakai bahasa isyarat
15) Reflek kejut
16) Toleransi
terhadap bunyi-bunyian keras
17) Tipe warna 2
jumlah cairan
18) Cairan telinga;
hitam, kemerahan, jernih, kuning
19) Alergi
20) Dengan otoskop
tuba eustacius bengkak, merah, suram
21) Adanya riwayat
infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya, alergi
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Otoscope untuk melakukan auskultasi
pada bagian telinga luar
2.
Timpanogram
untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani
3.
Kultur
dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum
dari telinga tengah melalui membrane timpani).
Pemeriksaan Fisik
1. Otoskopi
Perhatikan
adanya lesi pada telinga luar
Amati
adanya oedema pada membran tympani Periksa adanya pus dan ruptur pada membran tympani
Amati
perubahan warna yang mungkin terjadi pada membran tympani
2.
Tes bisik
Dengan menempatkan klien pada ruang
yang sunyi, kemudian dilakukan tes bisik, pada klien dengan OMA dapat terjadi
penurunan pendengaran pada sisi telinga yang sakit
3.
Tes garpu tala
a. Tes Rinne : pada uji rinne
didapatkan hasil negatif
b. Tes Weber : pada tes weber
didapatkan lateralisasi ke arah telinga yang sakit
Terapi tergantung pada stadium penyakitnya.
Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi-infeksi saluran
nafas atas, dengan pemberian antibiotik dekongestan lokal atau sistemik, dan
antipiretik.
1. Stadium
Oklusi, Tujuan : membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan berkurang di
telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung, HCl efedrin 0,5%
dalamlarutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1% (di atas 12
tahun danpada orang dewasa).
2. Stadium
Presupurasi : Obat tetes hidung dan analgetika, antibiotika (biasanya dari
golongan penisilin/ampisilin).
3. Stadium
Supurasi : Disamping antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi
bila membran tympani masih utuh.
4. Stadium
Resolusi : Membran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan
perforasi membran tympani menutup.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan
dengan agen penyebab cidera fisik
2. Gangguan persepsi
sensori (pendengaran) b.d perubahan resepsi, transmisi dan integritas sensori
3.
Ansietas
b.d ancaman terhadap konsep diri
Intervensi Keperawatan
1. Nyeri
akut b.d agen penyebab cidera fisik
Kriteria
Hasil NOC :
Menunjukkan
Tingkat Nyeri yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5 :
sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada) :
a. Ekspresi
nyeri pada wajah
b. Gelisah/
ketegangan otot
c. Durasi
episode nyeri
d. Merintih
dan menangis
e. Gelisah
Intervensi
NIC :
O : Lakukan pengkajian
yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi,
intensitas, kualitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya.
N : Gunakan pendekatan
yang positif untuk mengoptimalkan respon pasien terhadap analgesik.
E : Informasikan kepada
pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi
koping yang disarankan.
C : Laporkan kepada
dokter jika tindakan tidak berhasil
2. Gangguan
persepsi sensori (pendengaran) b.d perubahan resepsi, transmisi dan integritas
sensori
Hasil
NOC :
a. Orientasi
kognitif : Kemampuan untuk mengidentifikasi orang, tempat dan waktu secara
akurat
b. Komunikasi
: Reseptif : Resepsi dan interpretasi pesan verbal dan non verbal
c. Perilaku
kompensasi pendengaran : Tindakan pribadi untuk mengidentifikasi, memantau, dan
mengompensasi kehilangan pendengaran
Intervensi
NIC :
Pemantauan
Neurologis : Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah atau
meminimalkan komplikasi neurologis
Stimulus
Kognitif : Meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap sekitar melalui
penggunaan stimulus terencana
Peningkatan
Komunikasi : Defisit pendengaran : Membantu pembelajaran dan penerimaan metode
alternative untuk menjalani hidup dengan penurunan fungsi pendengaran
Orientasi
Realitas : Promosi kesadaran pasien terhadap identitas pribadi, waktu dan
lingkungan
3. Ansietas
b.d ancaman terhadap konsep diri
Kriteria
Hasil NOC :
a. Menunjukkan
Pengendalian Diri Terhadap Ansietas yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut (sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering atau
selalu) :
Merencanakan strategi
koping untuk situasi penuh tekanan
Mempertahankan performa
peran
Memantau distorsi
persepsi sensori
Memantau manifestasi
perilaku ansietas
Menggunakan teknik
relaksasi untuk meredakan ansietas
Intervensi NIC :
O : Kaji dan
dokumentasikan tingkat kecemasan pasien
N : Bantu pasien untuk
memfokuskan pasien pada situasi saat ini, sebagai cara untuk mengidentifikasi
mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi ansietas
E : Berikan informasi
mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman, tetangga, kelompok, tempat
ibadah, lembaga kesukarelawanan dan pusat rekreasi
C : Berikan obat untuk menurunkan
ansietas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Ari, Elizabeth.
2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem
Pendengaran dan Wicara. Editor: Dr. Ratna
Anggraeni., Sp THT-KL., M.Kes.
Bandung : STIKes Santo
Borromeus.
Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Brunner &
Suddarth . 2000. Keperawatan Medikal Bedah, Buku II Edisi
9, Alih Bahasa :
Agung Waluyo dkk. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.
Jakarta : Media Aesculapius
Fakultas
Kedokteran Indonesia.
Wilkinson,
Judith M and Nancy R. Ahern. 2011. Buku
Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 9.
Jakarta, EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar