BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di Indonesia
sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Malaria dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu
bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan
anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih
endemis di sebagian besar wilayah Indonesia. Angka kesakitan penyakit ini pun
masih cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia bagian timur. Di daerah trasmigrasi
dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah yang endemis dan
tidak endemis malaria, di daerah endemis malaria masih sering terjadi letusan
kejadian luar biasa (KLB) malaria. Oleh karena kejadian luar biasa ini menyebabkan insiden
rate penyakit malaria masih tinggi di daerah tersebut.
Di Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang pertahun, dengan angka kematian sebanyak 100
ribu jiwa. Kasus tertinggi penyakit malaria adalah daerah papua, akan tapi
sekitar 107 juta orang Indonesia tinggal di daerah endemis malaria yang
tersebar dari Aceh sampai Papua, termasuk di Jawa yang padat penduduknya (Adiputro, 2008).
B.
Tujuan
1. Mahasiswa
dapat memahami pengertian dari penyakit malaria
2. Mahasiswa
dapat memahami penyebab malaria
3. Mahasiswa
dapat memahami tanda gejala penyakit malaria
4. Mahasiswa
dapat memahami pengobatan dari penyakit malaria
5. Mahasiswa
dapat memahami tindakan pencegahan dari penyakit malaria
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kata “malaria” berasal dari bahasa
Itali “ Mal” yang artinya buruk dan “Aria” yang artinya udara. Sehingga malaria
berarti udara buruk (bad air). Hal ini disebabkan karena malaria terjadi secara
musiman di daerah yang kotor dan banyak tumpukan air (koalisi (a) koalisi org
2001).
Malaria adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh parasit (protozoa) dan genus plasmodium, yang dapat ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles. (Prabowo, 2004: 2)
Penyakit malaria merupakan penyakit
yang disebabkan oleh infeksi protozoa dan genus plasmodium masa tunas atau
inkubasi penyakit dapat beberapa hari atau beberapa bulan. (Dinas kesehatan DKI
Jakarta)
Berdasarkan pengertian diatas
penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dan
genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles yang masa
inkubasi penyakit dapat beberapa hari sampai beberapa bulan.
B. Penyebab
Penyakit malaria disebabkan oleh
bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia. Bibit penyakit tersebut
termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut Plasmodium. Kerja
plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara nyamuk
anopheles, plasmodium masuk ke dalam darah manusian dan berkembang biak dengan
membelah diri.
Ada
empat macam plasmodium yang menyebabkan malaria:
Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria
ini bisa menimbulkan kematian.
Vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar
disembuhkan dan sulit kambuh.
Malaria, penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit
ini tidak banyak ditemukan.
Ovale, penyebab penyakit malaria
Ovale. Tidak terdapat di Indonesia.
Penyebab
lain terjadinya penyakit malaria, yaitu
1. Parasit.
Untuk
kelangsungan hidupnya, parasit malaria memerlukan dua macam siklus kehidupan
yaitu:
Siklus dalam tubuh manusia.
a.
Siklus
dalam tubuh manusia juga disebut siklus aseksual, dan siklus ini terdiri dari :
Fase di luar sel darah merah
Siklus
di luar sel darah merah berlangsung dalam hati. Pada Plasmodium vivax dan
Plasmodium ovale ada yang ditemukan dalam bentuk laten di dalam sel hati yang
disebut hipnosoit. Hipnosoit merupakan suatu fase dari siklus hidup parasit
yang nantinya dapat menyebabkan kumat/kambuh atau rekurensi (long term
relapse).
Plasmodium vivax dapat kambuh berkali-kali bahkan sampai
jangka waktu 3 – 4 tahun. Sedangkan untuk Plasmodium ovale dapat kambuh sampai
bertahun-tahun apabila pengobatannya tidak dilakukan dengan baik. Setelah sel
hati pecah akan keluar merozoit yang masuk ke eritrosit (fase eritrositer)
Fase dalam sel darah merah
Fase
hidup dalam sel darah merah / eritrositer terbagi dalam :
- Fase sisogoni yang menimbulkan demam
- Fase gametogoni yang menyebabkan
seseorang menjadi sumber penularan penyakit bagi nyamuk vektor malaria. Kambuh
pada Plasmodium falciparum disebut rekrudensi (short term relapse), karena
siklus didalam sel darah merah masih berlangsung sebagai akibat pengobatan yang
tidak teratur. Merozoit sebagian besar masuk ke eritrosit dan sebagian kecil
siap untuk diisap oleh nyamuk vektor malaria. Setelah masuk tubuh nyamuk vektor
malaria, mengalami siklus sporogoni karena menghasilkan sporozoit yaitu bentuk
parasit yang sudah siap untuk ditularkan kepada manusia.
a. Fase seksual dalam tubuh nyamuk
Fase
seksual ini biasa juga disebut fase sporogoni karena menghasilkan sporozoit,
yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan oleh nyamuk kepada
manusia. Lama dan masa berlangsungnya fase ini disebut masa inkubasi
ekstrinsik, yang sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Prinsip
pengendalian malaria, antara lain didasarkan pada fase ini yaitu dengan
mengusahakan umur nyamuk agar lebih pendek dari masa inkubasi ekstrinsik,
sehingga fase sporogoni tidak dapat berlangsung. Dengan demikian rantai
penularan akan terputus.
2. Nyamuk Anopheles
Penyakit
malaria pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles vektor betina. Di seluruh
dunia terdapat sekitar 2000 spesies nyamuk Anopheles, 60 spesies diantaranya
diketahui sebagai vektor malaria. Di Indonesia terdapat sekitar 80 jenis nyamuk
Anopheles, 22 spesies diantaranya telah terkonfirmasi sebagai vektor malaria.
Sifat masing-masing spesies berbeda-beda tergantung berbagai faktor seperti
penyebaran geografis, iklim dan tempat perkembangbiakannya. Nyamuk Anopheles
hidup di daerah iklim tropis dan subtropis, tetapi juga bisa hidup di daerah
yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah dengan ketinggian
lebih dari 2500 meter dari permukaan laut. Tempat perkembangbiakannya
bervariasi (tergantung spesiesnya) dan dapat dibagi menjadi tiga ekosistem
yaitu pantai, hutan dan pegunungan. Biasanya nyamuk Anopheles betina vektor
menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja hingga subuh. Jarak terbang
(flight range) antara 0,5 – 3 km dari tempat perkembangbiakannya. Jika ada
angin yang bertiup kencang, dapat terbawa sejauh 20 – 30 km. Umur nyamuk
Anopheles dewasa di alam bebas belum banyak diketahui, tetapi di laboratorium
dapat mencapai 3-5 minggu. Nyamuk Anopheles mengalami metamorfosis sempurna.
Telur yang diletakkan nyamuk betina diatas permukaan air akan menetas menjadi
larva, melakukan pergantian kulit (sebanyak 4 kali) kemudian tumbuh menjadi
pupa dan menjadi nyamuk dewasa. Waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan (sejak
telur menjadi dewasa) bervariasi antara 2 – 5 minggu tergantung spesies,
makanan yang tersedia, suhu dan kelembaban udara.
3. Manusia yang rentan terhadap infeksi
malaria.
Secara
alami penduduk di suatu daerah endemis malaria ada yang mudah dan ada yang
tidak mudah terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan
penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan
masalah. Sejak dulu, telah diketahui bahwa wabah penyakit ini sering terjadi di
daerah-daerah pemukiman baru, seperti di daerah perkebunan dan transmigrasi.
Hal ini terjadi karena pekerja yang datang dari daerah lain belum mempunyai
kekebalan sehingga rentan terinfeksi.
4. Lingkungan
Keadaan lingkungan
berpengaruh terhadap keberadaan penyakit malaria di suatu daerah. Adanya danau,
air payau, genangan air di hutan, persawahan, tambak ikan, pembukaan hutan dan
pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit
malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk
vektor malaria.
5. Iklim
Suhu
dan curah hujan di suatu daerah berperan penting dalam penularan penyakit
malaria. Biasanya penularan malaria lebih tinggi pada musim kemarau dengan
sedikit hujan dibandingkan pada musim hujan. Pada saat musim kemarau dengan
sedikit hujan, genangan air yang terbentuk merupakan tempat yang ideal sebagai
tempat perkembangbiakan nyamuk vektor malaria. Dengan bertambahnya tempat
perkembangbiakan nyamuk, populasi nyamuk vektor malaria juga bertambah sehingga
kemungkinan terjadinya transmisi meningkat.
C.
Penularan dan Penyebaran
Penularan
penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang sehat, sebagian besar
melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam darah manusia dapat
terhisap oleh nyamuk, berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, dan ditularkan
kembali kepada orang sehat yang digigit nyamuk tersebut. Jenis-jenis vektor (perantara)
malaria yaitu:
a. Anopheles
Sundaicus, nyamuk perantara malaria di daerah pantai.
b. Anopheles
Aconitus, nyamuk perantara malaria daerah persawahan.
c. Anopheles
Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah perkebunan, kehutanan dan
pegunungan.
Penularan yang
lain adalah melalu transfusi darah. Namun kemungkinannya sangat kecil. Cara
penularan penyakit malaria dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Penularan
secara alamiah (natural infection)
Malaria
ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Nyamuk ini jumlahnya kurang lebih ada 80
jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis yang menjadi vector
penyebar malaria di Indonesia. Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh Plasmodium. Sebagian besar
spesies menggigit pada senja dan menjelang malam hari. Beberapa vector
mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan menjelang fajar. Setelah
nyamuk Anopheles betina mengisap darah yang mengandung parasit pada stadium
seksual (gametosit), gamet jantan dan betina bersatu membentuk ookinet di perut
nyamuk yang kemudian menembus di dinding perut nyamuk dan membentuk kista pada
lapisan luar dimana ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoit-sporozoit tersebut
siap untuk ditularkan. Pada saat menggigit manusia, parasit malaria yang ada
dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga manusia tersebut terinfeksi
lalu menjadi sakit.
2. Penularan
tidak alamiah (not natural infection)
a. Malaria
bawaan. Terjadi pada bayi yang baru lahir karena ibunya menderita malaria.
Penularannya terjadi melalui tali pusat atau plasenta (transplasental)
b. Secara
mekanik. Penularan terjadi melalui transfusi darah melalui jarum suntik.
c. Secara
oral. Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung (P.gallinasium), burung
dara (P.relection) dan monyet (P.knowlesi).
D. Tanda
dan Gejala
Gejala
klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias malaria), yaitu:
a. Periode dingin.
Mulai
dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus diri
dengan selimut dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi
saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini
berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
b. Periode panas.
Penderita
berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas badan tetap tinggi
dapat mencapai 40°C atau lebih, respirasi meningkat,
nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini lebih lama dari
fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan keadaan
berkeringat.
Demam
disebabkan oleh pecahnya entrosit matang yang berisi skizon yang mengandung
merozoit memasuki sirkulasi darah. Pada plasmodium falcifarumnterval demam
tidak jelas (setiap 24-48 jam). Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale interval
demam terjadi setiap 48 jam dan Plasmodium malariae setiap 72 jam. Stadium ini
berlangsung 2-4 jam.
c. Periode berkeringat.
Mulai
dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, lelah,
dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat
melaksanakan pekerjaan seperti biasa. Di daerah dengan tingkat endemisitas
malaria tinggi, sering kali orang dewasa tidak menunjukkan gejala klinis
meskipun darahnya mengandung parasit malaria. Hal ini merupakan imunitas yang
terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang. Limpa penderita biasanya membesar
pada serangan pertama yang berat/ setelah beberapa kali serangan dalam waktu
yang lama. Bila dilakukan pengobatan secara baik maka limpa akan
berangsur-berangsur mengecil. Keluhan pertama malaria adalah demam, menggigil,
dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau
pegal-pegal. Untuk penderita tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau
lebih gejala berikut: gangguan kesadaran dalam berbagai derajat, kejang-kejang,
panas sangat tinggi, mata atau tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau
saluran pencernaan, nafas cepat, muntah terus-menerus, tidak dapat makan minum,
warna air seni seperti the tua sampai kehitaman serta jumlah air seni kurang
sampai tidak ada.
E. Masa Inkubasi
Masa inkubasi dapat terjadi pada :
a.
Masa
inkubasi pada manusia (intrinsik)
Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing Plasmodium. Masa
inkubasi pada inokulasi darah lebih pendek dari infeksi sporozoid. Secara umum
masa inkubasi Plasmodium falsiparum adalah 9 sampai 14 hari, Plasmodium vivax
adalah 12 sampai 17 hari, Plasmodium ovale adalah 16 sampai 18 hari, sedangkan
Plasmodium malariae bisa 18 sampai 40 hari. Infeksi melalui transfusi darah,
masa inkubasinya tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya bisa
sampai kira-kira 2 bulan.
b. Masa inkubasi pada nyamuk
(ekstrinsik)
Setelah darah masuk kedalam usus
nyamuk maka protein eritrosit akan dicerna oeleh enzim tripsin kemudian oleh
enzim aminopeptidase dan selanjutnya karboksipeptidase, sedangkan komponen
karbohidrat akan dicerna oleh glikosidase. Gametosit yang matang dalam darah
akan segera keluar dari eritrosit selanjutnya akan mengalami proses pematangan
dalam usus nyamuk untuk menjadi gamet (melalui fase gametogenesis). Adapun masa
inkubasi atau lamanya stadium sporogoni pada nyamuk adalah Plasmodium vivax
8-10 hari, Plasmodium palsifarum 9-10 hari, Plasmodium ovale 12-14 hari dan
Plasmodium malariae 14-16 hari.
F. Pengobatan
Mata rantai
tersebut adalah penderita dan nyamuk malaria. Seluruh penderita yang memiliki
tanda-tanda malaria diberi pengobatan pendahuluan dengan tujuan untuk
menghilangkan rasa sakit dan mencegah penularan selama 10 hari. Bagi penderita
yang dinyatakan positif menderita malaria setelah diuji di laboratorium, akan
diberi pengobatan secara sempurna. Bagi orang-orang yang akan masuk ke daerah
endemis malaria seperti para calon transmigran, perlu diberi obat pencegahan. Obat
– obat anti malaria,diantaranya :
1.
Klorokuin
Klorokuin
adalah bentuk sintetik 4-aminokuinolin, diproduksi dalam bentuk garam fosfat
untuk pemberian secara oral. Ekskresi klorokuin melalui urin dengan mas paruh
3-5 hari, namun waktu paruh eliminasi terminal mencapai 1-2 bulan. Klorokuin
bersifat skizontosida darah yang sangat efektif untuk semua jenis plasmodium
pafa manusia dan gametosida terhadap P.vivax, P.ovale dan P.malariae. Mekanisme
kerja klorokuin adalah menghambat polimerisasi produk sisa hemoglobin (heme)
menjadi hemozoin di dalam vakuol pencernaan parasit sehingga menghilangkan
toksisitas parasit karena pembentukan heme bebas.
2. Kina
dan Kuinidin
Kina mulai
dipakai sebagai OAM sejak tahun 1632. Obat ini merupakan alkaloid kinkona yang
dibuat dari ekstrak pohon kinkona di Amerika Selatan. Kuinidin adalah
dekstrorotatori stereoisomer dari kina. Mekanisme kerja kina sebagai OAM belum
sepenuhnya dipahami, diduga menghambat detoksifikasi heme parasit dalam vakuola
makanan.
3. Proguanil
Proguanil
adalah suatu biguanid yang dimetabolisme dalam tubuh (melalui enzim CYP2C19)
menjadi bentuk aktif sikloguanil. Sikloguanil menghambat pembentukan asam folat
dan asam nukleat, bersifat skizontosida darah yang bekera lambat, skizontosida
jaringan terhadap P.falcifarum, P.vivax, P.ovale, dan sporontosida.
4. Tetrasiklin
Tetrasiklin
bersifat skizontosida darah untuk semua spesies plasmodium yang bekerja lambat,
skizontosida jaringan untuk P.falcifarum.
5. Klindamisin
Obat ini
menghambat fase awal sintesis protein. Klindamisin bersifat skizontosida darah
yang bekerjalambat terhadap P.falciparum dan harus diberikan dalam kombinasi
dengan OAM lain seperti kina atau klorokuin.
G. Pencegahan
Tindakan pencegahan
malaria dapat dilakukan dengan sebagai berikut :
1. Usahakan
tidur dengan kelambu, memberi kawat kasa, memakai obat nyamuk bakar, menyemprot
ruang tidur, dan tindakan lain untuk mencegah nyamuk berkembang di rumah.
2. Usaha
pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di daerah endemis malaria.
3. Menjaga
kebersihan lingkungan dengan membersihkan ruang tidur, semak-semak sekitar
rumah, genangan air, dan kandang-kandang ternak.
4. Memperbanyak
jumlah ternak seperti sapi, kerbau, kambing, kelinci dengan menempatkan mereka
di luar rumah di dekat tempat nyamuk bertelur.
5. Memelihara
ikan pada air yang tergenang, seperti kolam, sawah dan parit. Atau dengan
memberi sedikit minyak pada air yang tergenang.
6. Menanam
padi secara serempak atau diselingi dengan tanaman kering atau pengeringan
sawah secara berkala
7. Menyemprot
rumah dengan DDT.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Malaria merupakan penyakit infeksi
parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai
dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan
gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Terdapat beberapa
parasit yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu plasmodium falciparum,
vivax, malaria dan ovale. Parasit ini menggunakan nyamuk sebagai hospes
definitifnya, yaitu nyamuk Anopheles. Gejala klinis penyakit ini terdiri dari 3
tahap, yaitu periode dingin, periode panas dan periode berkeringat.
A.
Saran
Kami
menyadari sepenuhnya jika makalah yang kami susun jauh dari sempurna. Kami
bersedia menerima kritik dan saran dari anda agar makalah kami dapat sempurna
dan bermanfaat. Terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Depkes RI. 2001.
Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor, Direktorat
Jenderal PPM-PL. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
Day. 2003.
Nyamuk Penular Malaria, Dalam Jurnal Data dan Informasi
Kesehatan, Pusdatin. Jakarta : Depkes RI
Nugroho, Agung.
2010. Malaria Dari Molekuler ke Klinis. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar