Minggu, 08 Juni 2014

Makalah Sosiologi Gaya Hidup dan Gaya Makan



MAKALAH SOSIOLOGI
GAYA HIDUP DAN GAYA MAKAN

Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok
Mata kuliah Sosiologi
Dosen Pembimbing Mugihartadi, S. Kep. Ners

Oleh :
1.      Aprilia Dafiyanti             (13005)
2.      Asih Isrokah                    (13006)
3.      Dwi Novita Sari              (13014)
4.      Hari Kurniawan               (13024)
5.      Iis Aulia                           (13027)
6.      Kharisatul Mawaddah     (13031)
7.      Melan Sentiana                (13036)
8.      Nisa Aprilia Saputri         (13043)
9.      Unaisatur Rofi’ah            (13068)

AKADEMI KEPERAWATAN KABUPATEN PURWOREJO
Tahun Ajaran 2013/2014
KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Sosiologi ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada bapak Mugihartadi, S. Kep. Ners. selaku Dosen mata kuliah Sosiologi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai permasalahan, konsep teoritis dan pembahasan tentang gaya hidup dan gaya makan pada manusia di era sekarang. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.


Purworejo, 22 Mei 2014


Penyusun






DAFTAR ISI

Kata pengantar ……………………………………………...……………………………….. ii
Daftar isi ………………………………………..…………………………………………… iii
Bab I Gaya Hidup dan Gaya Makan …………………………………………………...……. 1
Bab II Konsep Teoritis ……………………………………………………………...……….. 5
Bab III Pembahasan dan Simpulan ………………………………………………………….. 7
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………… 12













BAB I
GAYA HIDUP DAN GAYA MAKAN

            Konsekuensi yang ditimbulkan oleh industrialisasi dan produksi makanan secara missal adalah bahwa kapanpun terjadi kejadian luar biasa (KLB) penyakit yang disebabkan oleh kegagalan pengolahan makanan dalam industry pangan.
            Seiring urbanisasi dan industrialisasi, perubahan gaya hidup pun terjadi. Para ibu bekerja di luar rumah dan anggota lain dalam keluarga terkadang kurang berpengalaman. Akibatnya, cara tradisional pengolahan makanan di masa lalu yang dapat memastikan keamanan makanan, jarang dilakukan. Perubahan gaya hidup juga berarti bahwa dalam beberapa kelompok masyarakat kini semakin banyak orang yang hidup sendirian dan mengonsumsi makanan yang cepat saji.
Faktor yang memperbesar risiko bawaan makanan/ intensitas penyakitnya.
Faktor
Alasan
Faktor pejamu
-          Usia < 5 tahun
-          Usia > 50 atau 60 tahun
-          Kehamilan
-          Pasien rawat inap

Belum ada sistem imun yang terbentuk
Sistem imun menurun
Imunitas berubah selama kehamilan
Sistem imun melemah
Faktor yang berkaitan dengan makanan
-          Konsumsi makanan berlamak (coklat, keju, hamburger)
-          Konsumsi cairan berlebih

Perlindungan pada lemak pathogen terhadap asam lambung
Pengenceran asam dalam lambung

            Dalam teknologi pangan yang baru ini adalah produksi makanan konvensional dengan kalori yang lebih sedikit, makanan seperti ini disebut “makanan ringan”. Konsumen tidak sellau menyadari bahwa makanan tersebut mungkin memerlukan penyimpanan/ penanganan yang berbeda. Penggunaan kemasan yang vacuum dan manfaatnya untuk mengawetkan makanan juga masih belum dipahami dengan baik sehingga terdapat risiko kekeliruan dalam penanganan produk tersebut di rumah.
Adapun dampak positif dari adanya modernisasi:
1.                  Manusia diringankan beban pekerjaannya dengan adanya alat-alat tekhnologi informasi dan komunikasi serta sarana transportasi yang serba canggih dan modern.
2.                  Gaya hidup delivery order membantu manusia jika ia sibuk namun membutuhkan barang atau makanan yang kondisi tokonya jauh maka ia tinggal memesan apa yang ia butuhkan.
3.                  Memperkaya unsur-unsur kebudayaan karena budaya yang datang akan melakukan suatu peleburan budaya dengan budaya yang lama dan menghasilkan budaya yang baru.
Disamping dampak positif ada pula dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya modernisasi. Yaitu:
1.                  Adanya modernisasi manusia dimanjakan oleh berbagai macam kecanggihan dan sesuatu hal yang ia butuhkan akan terpenuhi dengan cepat. Hal tersebut akan menimbulkan sifat ketergantungan, dan sifat yang tak mau berusaha keras.
2.                  Terkadang jika kita sering memainkan gadget yang telah kita miliki kita sibuk dengannya sehingga kita lupa dengan waktu kita. Waktu untuk makan dan pemenuhan kehidupan jasmaniah, sosialisasi dengan lingkungan, bahkan relasi kita dengan Tuhan sering terlupakan karena kita jarang beribadah padaNya.
3.                  Dengan adanya arus modernisasi manusia akan timbul rasa anti sosial karena ia berpendapat “Walaupun saya tidak bersosialisasi dikehidupan nyata dan tidak diterima di lingkungan saya, saya masih bisa bersosialisasi di dunia maya dan saya dapat diterima dikomunitas yang saya ikuti didunia maya tersebut!”.
4.                  Sebelum adanya pengaruh modernisasi, masyarakat sangat menghargai dan menerapkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku sebagai masyarakat dengan adat dan budaya ketimuran. Seperti sopan santun, tata krama, kerukunan dan sebagainya. Sekarang, nilai-nilai dan norma-norma tersebut mulai bergeser. Akibat pengaruh tekhnologi dan budaya asing, nilai-nilai dalam kehidupan kemasyarakatan seperti nilai kerukunan, gotong royong sekarang ini sudah mulai luntur. Apalagi di kota-kota besar nilai-nilai semacam ini sudah jarang ditemui.
5.                  Manusia akan cenderung memiliki sifat sombong atas gaya hidup yang mereka jalani saat ini. Dengan gaya hidup mewah manusia akan mencoba untuk mempamerkan apa yang baru ia miliki kepada orang lain disekitarnya. Serta orang lain tersebut akan tergerak hatinya untuk membeli sesuatu tersebut tanpa melihat kondisi ekonominya yang terpenting ia dapat memiliki hal tersebut yang sama dengan teman-teman sosialnya yang bergaya hidup serba mewah.
6.                  Fakta baru mengejutkan bahwa dengan adanya arus modernisasi, Bahwa Tuhan hampir dipensiunkan dari kehidupan ini. Dalam arti kata, manusia tidak lagi memerlukan campur tangan Tuhan dalam mengatasi kehidupannya. Mereka telah menganggap diri mereka sebagai makhluk yang telah dewasa dan bebas menentukan pilihan sesuai dengan kehendak sendiri. Ucapan selamat tinggal kepada Tuhanpun dikumandangkan seiring berlangsungnya proyek modernisme.
Kesibukan bekerja dan tuntutan hidup lainnya membuat berkurangnya waktu untuk memasak lauk dan sayur untuk makanan sehari- hari. Pada akhirnya, banyak orang yang beralih ke makanan instan dan cepat saji, seperti makanan beku, makanan kalengan, dan makanan awetan. Makanan siap saji sekarang ini sudah menjadi gaya hidup, karena selain harganya terjangkau, makanan siap saji mudah diolah, cepat dan praktis, tahan lama, serta rasanya pun enak.
Berdasarkan hasil studi Kantar Worldpanel Indonesia, penggemar makanan beku seperti nugget, sosis, kentang siap goreng, bakso, dan lain- lain terus meningkat. Data ini didukung oleh naiknya jumlah pembeli yang mencapai 63 persen dari total rumah tangga urban di Indonesia, angka ini naik 8 poin dibandingkan dengan tahun lalu. Naiknya jumlah pembeli juga didukung oleh meningkatnya pengeluaran per rumah tangga sebesar 28 persen untuk kategori produk makanan beku, dari Rp. 100,000 setahun menjadi Rp. 128,000.
Dalam setahun, makanan beku dibeli rata- rata 11 kali, yang berarti hampir setiap bulan, setiap rumah tangga membeli makanan beku instan. Frekuensi pembelian ini meningkat secara signifikan jika dibandingkan dengan tahun lalu terutama untuk konsumen menengah ke bawah, sedangkan untuk masyarakat menengah ke atas frekuensi pembelian makanan beku tercatat lebih tinggi dari rata- rata yaitu 13 kali dalam setahun.
Dibandingkan dengan makanan beku, makanan kaleng dan awetan memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi dari sisi jumlah pembeli. Walaupun tahun lalu jumlah pembeli makanan kaleng dan awetan masih dibawah makanan beku, tahun ini jumlah pembeli makanan kaleng dan awetan sudah mencapai 68 persen dari total rumah tangga urban di Indonesia. Hal ini berarti pada tahun ini jumlah pembeli makanan kaleng dan awetan lebih tinggi daripada makanan beku. Pertumbuhan ini didorong oleh munculnya produk baru yaitu sosis siap makan yang sering dikonsumsi sebagai cemilan, namun tetap, ikan kalengan dan daging kornet mendominasi produk ini.
Dari kalangan rumah tangga muda tanpa anak, makanan kaleng dan awetan sangat digemari. Tahun ini saja 80 persen dari segmen tersebut merupakan pembeli dari makanan instan ini. Pada rumah tangga yang lebih dewasa, kecenderungan untuk membeli makanan kaleng dan awetan semakin berkurang. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh kecenderungan rumah tangga pasangan muda lebih menyukai sesuatu yang instan dan cepat, sedangkan perhatian rumah tangga yang lebih dewasa terhadap kesehatan lebih tinggi.















BAB II
KONSEP TEORITIS

Han peter Mueller (1989), mengatakan ada 4 pendekatan dalam memahami gaya hidup :
1.      Pendekatan psikolog perkembangan : tindakan seseorang tidak hanya disebabkan oleh teknik, ekonomi dan politik, tetapi juga dikarenakan perubahan nilai.
2.      Pendekatan kuantitatif social struktur : mengukur gaya hidup berdasarkan konsumsi yang dilakukan seseorang. Pendekatan ini menggunakan sederet daftar konsumsi yang mempunyai skala nilai.
3.      Pendekatan kualitatif dunia kehidupan : memandang gaya hidup sebagai lingkungan pergaulan.
4.      Pendekatan kelas : mempunyai pandangan bahwa gaya hidup merupakan rasa budaya yang direprodiksi bagi kepentingan struktur kelas.
Salah satu langkah yg bisa kita lakukan yaitu dengan mengatur pola makan dan menentukan waktunya yg tepat Tubuh kita melakukan metabolisme dan eksresi dengan melakukan penyerapan dan pembuangan zat-zat yg ridak berguna bagi tubuh. Proses dalam tubuh kita bisa di bagi menjadi beberapa fase, yaitu:
1.      Pukul 21.00-23.00
Adalah pembuangan zat-zat yg tidak berguna/beracun (de-toxin) DI bagian sistem antibodi (kelenjar getah bening) selama durasi waktu ini seharusnya dilalui dengan suasana yg tenang dan tidak memerlukan kalori/energi yg banyak akan lbh bagus dlm kondisi tidur
2.      Pukul 23.00-01.00
Sa'at proses de-toxin terjadi di bagian hati harus berlangsung dalam kondisi tidur pulas
3.      Pukul 01.00-03.00
Proses de-toxin terjadi di bagian empedu juga harus berlangsung dalam kondisi tidur
4.      Pukul 03.00-05.00
Proses de-toxin terjadi di bagian paru-paru, karenanya akan terjadi batuk yang hebat bagi penderita batuk selama durasi waktu ini. Karena proses pembersihan (de-toxin) telah mencapai saluran pernafasan
5.      Pukul 05.00-07.00
Terjadinya proses de-toxin di bagian usus besar, sehingga kita harus buang air di kamar mandi
6.      Pukul 07.00-09.00
Waktu penyerapan gizi makanan bagi usus kecil Sehingga tubuh kita membutuhkan asupan berupa makanan Sehingga kita harus makan pagi. Bagi orang sakit sebaiknya makan lebih pagi yaitu sebelum pikul 6.30. makan pagi sebelum pukul 7.30 sangat baik buat mereka yg ingin menjaga kesehatan
Pengawasan keamanan pangan
1.      Pengawasan bahan makanan oleh Direkturat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Departeman Kesehatan.
2.      Pengawasan bahan makanan yang dikelola oleh badan urusan logistik atau bulog
3.      Pelaksanan atau tekhnik pengawasan pangan
a.       Evaluasi organileptik
Evaluasi organileptik adalah pemeriksaan dan penilaian dengan mempergunakan panca indra.
b.      Evaluasi laboratorik
Faktor –faktor yang mendasari perilaku yang berkaitan dengan makanan, diklasifikasikan sebagai berikut :
1.      Factor predisposisi, merupakan pencetus perilaku yang memberikan alasan/ motivasi dikeluarkannya perilaku (missal, pengetahuan, kepercayaan, nilai, sikap, keyakinan, keterampilan yang dimiliki)
2.      Factor yang memudahkan, merupakan kondisi dalam lingkungan yang memudahkan terwujudnya motivasi. Factor yang memudahkan ini bisa berupa ketersediaan dan kemudahan untuk mengakses fasilitas untuk penyiapan makanan (missal, air untuk mencuci, bahan bakar untuk memasak) serta kemudahan untuk mengakses fasilitas tersebut atau adanya infrastruktur hukum, seperti cuti melahirkan yang memudahkan ibu menyusui dan mengasuh anaknya yang masih kecil.
3.      Factor penguat, merupakan factor yang muncul sesudah suatu perilaku. Factor ini memberikan imbalan/ insentif yang berkelanjutan bagi perilaku dan ikut berkontribusi pada keberlangsungan atau pengulangan perilaku tersebut. Salah satu contohnya adalah penganugerahan perhargaan kepada TPM yang didasarkan pada observasi terhadap hygiene makanan.
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

Pengolahan di dapur rumah tangga
1.      Penyiangan bahan makanan
            Ikan harus dibersihkan dari isi perutnya, terutama ikan yang berukuran cukup besar, dan insang harus dibuang karena cepat membusuk. Siisk ikan, terutama ikan yang berukuran besar tidak dapat dimakan dan biasanya cukup keras. Kepala ikan sering dibiarkan dan ikut dalam masakan, meskipun bagian terbesar ridak mengandung daging yang dapat dimakan.
            Pada penyiangan bahan makanan, zat-zat terbuang tidak begitu banyak sehingga tidak berarti bagi penurunan nilai gizi makanan yang dikonsumsi. Namun demikian, pembuangan kulit buah yang terlalu tebal dapat menyebabkan cukup banyak zat gizi ikut terbuang mubazir.
2.      Memotong-motong dan merajang bahan makanan
            Memotong dan merajang bahan makanan dapat berpengaruh kepada kandungan zat-zat gizi sehingga menurunkan nilai gizi bahan makanan tersebut kalau dikerjakan sembarangan.
            Bila bahan makanan dipotong, dirajang dan apalagi dihaluskan, sel-sel tersebut menjadi rusak dan zat-zat gizi keluar dari sel sehingga mudah terkena udara yang mengandung oksigen dan dapat merusak atau mengoksidasi zat-zat tersebut. Enzim-enzim dapat pula keluar dari kantungnya dan bercampur dengan zat-zat gizi dengan akibat dapat memecahnya.
            Untuk mengurangi kerusakan zat-zat gizi tersebut, sebaiknya bahan makanan jangan terlalu lama dibiarkan terbuka di udara luar, bila telah dirajang atau dihaluskan sebelum dimasak lebih lanjut.
3.      Mencuci bahan makanan
            Mencuci makanan sebelum dimasak dapat dilakukan sebelum dipotong dan dirajang atau setelahnya. Biasanya bahan makanan tidak lagi dicuci setelah dihaluskan.
            Pencucian bahan makanan sebaiknya dilakukan dengan air mengalir (kran air ledeng). Mencuci bahan makanan lebih baik sebelum dipotong/ dirajang, karena ada zat yang mudah larut dalam air dan dapat terbuang dengan air pencuci.
4.      Proses memasak di dapur rumah tangga
a.       Pengolahan thermal, yaitu memasak dengan penggunaan panas, baik dari panas api maupun dari alat listrik. Pemanasan mengubah sifat-sifat physic-kimiawi makanan dengan akibat lebih lanjut kepada sifat-sifat nilai gizinya. Pengaruh-pengaruh tersebut ialah : pecahnya dinding sel, pemanasan membunuh mikroba, panas dapat meniadakan zat toksik, panas dapat mengubah berbagai zat gizi secara positif dan negatif, pemanasan yang terlalu tinggi dapat menimbulkan zat karsinogenik.
b.      Pengolahan kimiawi. Larutan asam cuka bersifat hipertonik, diberikan pada makanan yang diacar sehingga menjadi lunak. Banyak vitamin yang lebih stabil dalam kondisi Ph rendah (kondisi asam) disbanding dengan kondisi alkalis. Dalam ph rendah juga membuat makanan lebih tahan terhadap kerusakan pembusukan. Sering pula makanan ditambah soda kue agar lebih cepat lunak. Ternyata pada kondisi alkalis ini, banyak zat gizi terutama vitamin yang kurang stabil dan mudah mengalami degradasi kimiawi, sehingga kehilangan aktivitas biologisnya. Juga asam amino esensial akan rusak bila dipanaskan dalam suasana katalis.
c.       Pengolahan mikrobiologis. Berbagai jenis mikroba terutama mengadakan fermentasi yang mengolah/ memecah karbohidrat secara kimiawi. Selain memberikan tekstur yang menyerupai spons, mikroba ini mengadakan juga perubahan pada berbagai zat gizi bahan makanan sehingga meningkatkan nilai gizinya. Dengan contoh mempergunakan jenis jamur/ kapang, dan ragi. Jamur digunakan dalam pembuatan temped an oncom, sedangkan ragi digunakan untuk pembuatan kue dan roti.
Prinsip-prinsip dasar dalam penyiapan makanan yang aman bagi bayi dan anak kecil, yaitu:
1.      Masak makanan hingga matang
            Banyak makanan mentah khususnya unggas, susu mentah dan sayuran, sangat sering terkontaminasi organism penyebab penyakit. Pemasakan sampai matang akan membunuh organism ini. Untuk memenuhi tujuan ini, semua bagian makanan harus mengepul dan terasa panas, yang berarti bahwa semua bagian makanan harus mencapai suhu minimum 70°C.
2.      Hindari penyimpanan makanan matang
            Makanan sebaiknya dihidangkan panas. Jika hal ini tidak mungkin dilakukan, makanan hanya boleh disimpan sampai waktu makan berikutnya, tetapi penyimpanan harus dilakukan pada suhu dingin (suhu di bawah 10°C) atau panas (suhu mendekati atau di atas 60°C). Makanan yang disimpan harus dipanasi kembali dengan baik.
3.      Hindari kontak antara bahan pangan mentah dan makanan matang
            Kontaminasi silang secara tidak langsung, misalnya melalui tangan, lalat, peralatan masak, atau permukaan barang yang kotor. Dengan demikian, tangan harus dicuci sesudah menangani bahan pangan yang berisiko tinggi. Demikian pula perabot harus dicuci dahulu sampai bersih sebelum digunakan kembali untuk makanan matang.
4.      Cuci buah dan sayuran
            Buah dan sayuran, khususnya yang akan dimakan mentah, harus dicuci dahulu sampai bersih dengan air yang aman, jika mungkin, dikupas dahulu. Pada keadaan dimana makanan tersebut mungkin sudah terkontaminasi berat, misalnya jika air limbah yang tidak diolah digunakan untuk irigasi/ kotoran manusia yang tidak diolah dipakai untuk pupuk buah dan sayuran yang tidak bisa dikupas, harus dimasak dahulu sampai matang.
5.      Gunakan air yang aman
            Air yang digunakan untuk mengolah makanan harus direbus kecuali jika makanan yang ditambahi air itu kemudian dimasak hingga matang (missal nasi, kentang).
6.      Cuci tangan berulang kali
            Cuci tangan hingga bersih sebelum memulai menyiapkan/ menyajikan makanan dan sesudahnya.
7.      Lindungi makanan terhadap serangga, tikus, dan hewan lain
8.      Simpanlah bahan pangan yang tahan lama di tempat yang aman
9.      Jaga agar semua alat untuk pengolahan makanan tetap bersih
Hal pertama dalam adab makan, yaitu mengenai sikap seseorang saat makan sambil berdiri dan bahkan berjalan. Entah karena tidak ada tempat duduk, sibuk, terburu-buru, bahkan alasan gaya, makan sambil berdiri ini sudah jadi budaya di beberapa tempat. Tentunya, dalam hal norma kesopanan, makan sambil berdiri merupakan hal yang tidak sepatutnya dilakukan karena merupakan suatu sikap yang kurang menjaga rasa malu di tempat umum.
Makan sambil berdiri sendiri juga sering disamakan pada tingkah laku “Maaf” hewan yang suka makan sambil berdiri atau berlari. Jika bisa makan dengan duduk kenapa tidak? Jika tidak menemukan tempat untuk duduk bisa saja menahan diri untuk lapar sebentar daripada menanggung resiko jatuh misalnya hanya karena agak focus pada makanan. Menikmati makanan dengan cara duduk tentunya lebih sopan dan meminimalisir tersedak saat makan. Tentunya sikap seperti itu dirasa lebih segan dan terhormat.
Hal kedua, adalah makan menggunakan tangan kiri. Makan dengan tangan kiri sering kali dilakukan oleh banyak orang. Sekilas mungkin ini hanyalah persoalan sepele. Namun coba kita renungkan bila makan dengan tangan kiri yang seyogyanya tangan kiri biasanya digunakan untuk membersihkan najis saat buang hajat. Tentunya, hal ini sangat tidak etis jika masih menggunakan tangan kiri sementara ada tangan kanan yang lebih baik untuk melakukan kebaikan. Walau masyarakat kebanyakan memaklumi hal ini, tetap saja ini tidak dibenarkan dalam koridor norma kesopanan masyarakat terutama masyarakat Indonesia yang sebenarnya memiliki budaya yang sopan.
Hal ketiga, adalah makan sambil tiduran. Makan sambil tiduran ataupun bersandar akan menyebabkan organ pencernaan bekerja tidak optimal. Alhasil bisamenyebabkan sakit perut dan kehilangan nafsu makan. Tapi seperti inilah yang dilakukan oleh orang kebanyakan hanya karena alasan santai. Sebenarnya budaya ini merupakan pengaruh dari barat. Dahulu leluhur kita dari masyarakat jawa menganggap “ora ilok” yang mengandung makna tidak baik dan tidak boleh dilakukan. Karena dalam masyarakat jawa makan sambil tiduran dianggap seperti kerbau yang suka sekali makan sambil tiduran.
Makan makanan “sampah” atau junk food
Sebagai orang yang senantiasa ingin merasakan sehat, tentunya kita harus memastikan apa yang masuk kedalam perut kita. Tidak hanya halal tapi juga harus dan wajib melihat zat makanan yang terkandung agar tidak membahayakan kelak bagi tubuh kita. Kebanyakan kalangan remaja yang seharusnya sedang membutuhkan nutrisi yang banyak, sekarang cenderung membeli makanan junk food. Selain mungkin sebagai alasan gaya, junk food dianggap lebih praktis. Tidak perlu lama apalagi ribet, junk food bisa dikonsumsi dengan cepat dan mudah.
Sebenarnya junk food seringkali menimbulkan masalah pada kesehatan terutama masalah obesitas hingga kanker. Walau sah-sah saja, sangatlah bijak apabila tidak terlalu sering atau kalau bisa jarang dalam mengonsumsi makanan yang dilabeli junk food.
Jadi, mari kita biasakan makan makanan yang baik dan sehat. Jangan lupa juga sertakan adab-adab makannya. Sehingga selain menjaga norma-norma kesopanan kita di masyarakat juga menjaga kesehatan tubuh kita.

            Simpulan dari semua pembahasan di atas, adalah perubahan gaya/ pola hidup pada manusia di jaman sekarang tentulah sangat berpenagruh pada cara pengolahan hingga penyajian makanan. Hal tersebut, dapat mempengaruhi status kesehatan pada masing-masing individu. Sehingga diperlukan cara-cara khusus untuk memelihara kesehatan melalui gaya makan yang baik.




















DAFTAR PUSTAKA


Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2006. Ilmu Gizi jilid II. Jakarta : Dian Rakyat
WHO. 2005. Penyakit Bawaan Makanan. Jakarta : EGC
Evanda, Fafa. 2014. Mengatur Gaya Hidup dan Pola Makan.          http://www.urindo.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=109:mengatur-gaya-hidup-dan-pola-makan&catid=44:kesehatan&Itemid=109 . diakses mei 2014
Anonim. 2013. Makanan Siap Saji Gaya Hidup Masa Kini. http://www.kantarworldpanel.com/id/News/makanan-siap-saji-gaya-hidup . diakses             september 2013
Andiani, Riska W. 2013. Etika Makan Masa Kini.    http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/23/etika-makan-di-masa-kini-620983.html .       diakses Desember 2013