Sabtu, 27 Desember 2014

Fisura dan Fistula



Pencegahan Fisura
Fisura ani merupakan suatu robekan atau luka pada daerah anus yang berbatasan dengan kulit. Pada daerah tersebut terdapat banyak saraf sensorik, sehingga adanya luka di daerah tersebut akan menimbulkan rasa sakit. Namun kondisi ini dapat dicegah dengan beberapa cara,antara lain dengan  cara :
·                     Berolahraga secara rutin
·                     Menjaga daerah anal tetap kering
·                     Menjaga diet tinggi serat
·                     Minum banyak air untuk membasuh zat beracun dari kandung kemih anda
Fisura ani memang mudah untuk mengalami rekurensi (kekambuhan). Kekambuhan fisura ani biasanya dipicu oleh adanya feses yang keras dan besar saat buang air besar yang menyebabkan anus dipaksa untuk meregang saat buang air besar sehingga timbulah cedera ulang pada daerah anus tersebut.
Untuk mencegah kekambuhan fisura ani, sebaiknya anda mulai melakukan perubahan pada gaya hidup anda, antara lain dengan :
·                     Tingkatkan konsumsi makanan berserat
·                     Tingkatkan asupan cairan ke dalam tubuh minimal 8 gelas sehari (2 gelas saat bangun pagi, 4 gelas sepanjang hari, 2 gelas saat akan tidur). Konsumsi makanan yang kaya akan serat harus diimbangi dengan minum cairan dalam jumlah banyak. Peningkatan asupan cairan ke dalam tubuh tanpa diikuti oleh peningkatan asupan serat tidak akan memberikan pengaruh yang bermakna mencegah dan mengatasi konstipasi yang dapat memicu kekambuhan fisura ani.
·                     menghindari konsumsi kafein, teh atau alkohol yang berlebihan
·                     menghindari kebiasaan menunda buang air besar

Pencegahan Fistula
Sebenarnya tidak ada pencegahan yang khusus, tetapi dengan tidak menahan waktu ada perasaan buang air besar dan kebersihan di daerah dubur dijaga, terlebih untuk mereka yang lama duduk ditempat yang panas atau mudah berkeringat kemungkinan terjadinya anal abses atau fistula dapat diperkecil.

Jika fistula ini sudah terjadi lama (kadang hingga beberapa tahun) ada kemungkinan jaringan dilubang luar fisula disekitar dubur dapat berubah menjadi kanker. Sebaiknya jika terjadi fistula, segera memeriksakan diri ke dokter. - See more at: http://www.rs-premierjatinegara.com/healthinfo/DefaultEvent.aspx?id=11#sthash.jBhYhmGo.dpuf

Perawatan post op Fisura
Post operasi dapat buang air besar seperti biasanya, lebih cepat lebih baik.
Usahakan supaya banyak makanan berserat dan supaya faeces tidak keras. Luka sayatan umumnya dalam beberapa minggu sudah akan sembuh tetapi rasa sakit akan hilang lebih cepat.


Perawatan post op Fistula
Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah operasi. Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat inap beberapa hari.
Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun cairan dari luka operasi untuk beberapa hari, ter­utama sewaktu buang air besar. Perawatan luka pasca ope­rasi meliputi sitz bath (merendam daerah pantat dengan cairan antiseptik), dan penggantian balutan secara rutin. Obat obatan yang diberikan untuk rawat jalan antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif. Aktivitas sehari hari umumnya tidak terganggu dan pasien dapat kembali bekerja setelah beberapa hari. Pasien dapat kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang. Pasien tidak dianjurkan berenang sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan untuk duduk diam berlama-lama. 

Perawatan post op Fistula :
1.      Harus diberi tampon di lubang bekas nanah. Tampon berupa kasa betadin.
2.      Untuk mengganti tampon, tampon yang lama harus diambil terlebih dahulu. siapkan air panas. Campur dengan air dingin. Masukkan soda bath. aduk hingga rata. Rendam tubuh yang sakit ke dalam baskom yang berisi campuran air panas+dingin+soda bath. ambil kasa lama pada saat bagian tubuh yang luka direndam di baskom (sangat mengurangi sakit kalau dengan cara yang biasa.
3.      Minum ponstan/pain killer. Bersihkan luka dengan NaCl (7 hari pasca operasi, biarkan perawat yang melakukannya). Gunakan ponstan/pain killer untuk mengurangi rasa perih ketika kasa yang dibasahi larutan NaCl membersihkan luka yang masih baru. tujuh hari yang sangat menyiksa tapi pekan kedua pasca operasi, jaringan sudah mulai tumbuh dan kulit terasa tebal jadi tidak terlalu sakit lagi.



Kolelitiasis



EMPEDU
Fungsi kandung empedu
Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati.

Pada individu normal, cairan empedu mengalir ke kandung empedu pada saat katup Oddi tertutup. Dalam kandung empedu, cairan empedu dipekatkan dengan mengabsorpsi air. Derajat pemekatannya diperlihatkan oleh peningkatan konsentrasi zat-zat padat. Cairan empedu yang dihasilkan oleh hati mengandung 97% air, sedangkan kadar rata-rata air yang terkandung dalam cairan empedu yang telah tersimpan didalam kandung empedu adalah 89%. Bila saluran empedu dan duktus sistikus dijepit, maka  tekanan dalam saluran empedu akan naik sampai kira-kira 30 mm cairan empedu dalam 30 menit dan sekresi empedu berhenti. Akan tetapi bila saluran empedu dijepit dan duktus sistikus dibiarkan terbuka, air akan diabsorspi dalam kandung empedu dan tekanan intrafilier naik hanya kira-kira 100 mm cairan empedu selama beberapa jam.

Cairan yang disekresikan oleh sel-sel hepatosit dalam organ hati adalah cairan yang berwarna kekuningan atau kecoklatan atau kuning kehijauan yang disekresikan oleh sel-sel hati. Setiap hari sel-sel hati mensekresikan 800-1000 ml cairan empedu dengan pH sekitar 7,6-8,6. Cairan empedu sebagian besar terdiri atas air, garam-garam empedu, kolesterol, dan sebuah fosfolipid (lesitin), pigmen-pigmen empedu dan beberapa ion-ion, serta zat-zat lain yang ada dalam larutan elektrolit alkali yang mirip dengan getah pankreas.

Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah diubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu.
Berbagai protein yang memegang peranan penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu.

Proses pembentukkan empedu
Empedu sebagian besar adalah hasil dari excretory dan sebagian adalah sekresi dari pencernaan. Garam-garam empedu termasuk ke dalam kelompok garam natrium dan kalium dari asam empedu yang berkonjugasi dengan glisin atau taurin suatu derifat atau turunan dari sistin, mempunyai peranan sebagai pengemulsi, penghancuran dari molekul-molekul besar lemak menjadi suspensi dari lemak dengan diameter ± 1
mm dan absorpsi dari lemak, tergantung dari sistem pencernaannya. Terutama setelah garam-garam empedu bergabung dengan lemak dan membentuk Micelles (agergat dari asam lemak, kolesterol dan monogliserida), kompleks yang larut dalam air sehingga lemak dapat lebih mudah terserap dalam sistem pencernaan (efek hidrotrofik). Ukuran lemak yang sangat kecil sehingga mempunyai luas permukaan yang lebar sehingga kerja enzim lipase dari pankreas yang penting dalam pencernaan lemak dapat berjalan dengan baik. Kolesterol larut dalam empedu karena adanya garam-garam empedu dan lesitin.
Zat-zat yang dibentuk dalam empedu antara lain adalah:
Bilirubin, yang juga dikenal sebagai pigmen empedu, merupakan hasil dari metabolisme hem. Hem, yang merupakan bagian nonprotein dari hemoglobin, akan mengalami perubahan lagi menjadi biliverdin, lalu bilirubin. Keseluruhan proses perubahan ini berlangsung di hati. Sekitar 70-80% bilirubin diperoleh dari pemecahan hem yang berasal dari hemoglobin ini, dan 20-25% berasal dari protein hem lain seperti mioglobin, sitokrom (yang mengandung hem) dan katalase. Sebagian kecil diperoleh dari penghancuran sel eritroid muda (akibat eritropoesis yang tidak efektif).

Dalam metabolismenya, struktur bilirubin yang dihasilkan dari perubahan-perubahan hemoglobin itu bersifat tidak larut dalam air, tetapi sangat larut dalam lemak. Karena sifat tidak larut dalam air ini, maka di dalam plasma darah, bilirubin harus diangkut dengan bantuan suatu pembawa (karier), dan karier fisiologis tersebut adalah albumin serum. Bilirubin dalam bentuk ikatan bilirubin-albumin akan beredar di dalam sirkulasi darah, untuk kemudian masuk ke dalam sel hati. Pada permukaan sinusoid hati, bilirubin tidak terkonjugasi akan melepaskan diri dari ikatannya dengan albumin, dan masuk melalui membran sel hati dengan cara difusi (facilitated diffusion).

Di dalam sel hati (hepatosit), bilirubin diikat oleh 2 protein intraseluler utama dalam sitoplasma, protein sitosolik Y (misalnya, ligandin atau glutathione S-transferase B) dan protein sitosolik z (dikenal juga sebagai fatty acid–binding protein [FABP]).

Agar bilirubin dapat diekskresikan ke dalam empedu (untuk kemudian dikeluarkan ke usus), terlebih dulu ia harus dibuat dapat larut dalam air. Untuk mencapai maksud tersebut, maka di dalam sel parenkim hati, sebagian besar bilirubin akan dikonjugasikan dengan asam glukuronat.

Dua asam empedu utama (primer) yang dibentuk dalam hati adalah asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Dalam usus besar, bakteri mengubah asam kenodoeksikolat dan asam deoksikolat menjadi asam litokolat. Karena asam deoksikolat dan asam litokolat di bentuk oleh kerja bakteri, asam deoksikolat dan asam litokolat dinamakan asam empedu sekunder. Konjugasi asam-asam terjadi dalam empedu dan konjugatnya, misalnya asam glikokolat dan asam taurokolat membentuk garam natrium dan garam kalium dalam empedu hati yang bersifat alkali.

Air                         97,0%
Garam empedu       0,7%
Pigmen empedu      0,2%
Kolesterol              0.06%
Garam anorganik    0.7%
Asam lemak           0.15%
Lesitin                    0.1%
Lemak                    0.1%
Alkali fosfatase           ....

Penatalaksanaan
            Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri yang hilang timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau mengurangi makanan berlemak. Penatalaksanaan pada penderita kolelitiasis dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a. Konservatif (non bedah)
- diet rendah lemak
- obat-obat antikolinergik-antispasmodik
- analgesic
- antibiotic, bila disertai kolesistitis.
- asam empedu (asam kenodeoksikolat) 6,75-4,5 g/hr, diberikan dalam waktu yang lama.
            Dikatakan dapat menghilangkan batu empedu, terutama batu kolesterol. Asam ini mengubah empedu yang mengandung banyak kolesterol (lithogenic bile) menjadi empedu dengan komposisi normal. Dapat juga untuk pencegahan, namun efek toksiknya banyak, kadang-kadang diare.
-   Lisis batu : pelarutan batu dengan menggunakan metal-butil-eter
-   Litotripsi : pemecahan batu empedu dengan gelombang kejut dari perangkat elektomagnetik yaitu ESWL (Extracorporal Shock-Wave Lithotripsy).
-   Pengobatan endoskopi.
b. Bedah
Indikasi operasi batu kandung empedu salah satunya adalah kolelitiasis yang disertai keluhan / simptomatik.
Yaitu nyeri hilang timbul di daerah uluhati atau kanan atas perut. Rasa nyeri dapat menjalar ke punggung atau ujung bahu kanan dapat disertai mual dan muntah2
- Kolesistektomi
            Jika batu kandung empedu menyebabkan serangan nyeri berulang meskipun telah dilakukan perubahan pola makan, maka dianjurkan untuk menjalani pengangkatan kandung empedu. Dengan kolesistektomi, pasien tetap dapat hidup normal, makan seperti biasa. Umumnya dilakukan pada pasien dengan kolik bilier atau diabetes.
            Kolesistektomi dapat dilakukan secara operatif maupun laparoskopik.
1. Kolesistektomi terbuka (operatif)
            Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien dengan kolelitiasis simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang dapat terjadi adalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.
2. Kolesistektomi laparaskopi
            Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanya kolesistitis akut. Dengan kolesistektomi laparoskopi, kandung empedu diangkat melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding perut. Jenis pembedahan ini memiliki keuntungan :
- mengurangi rasa tidak nyaman pasca pembedahan
- memperpendek masa perawatan di rumah sakit.

Penyebab
      Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti. Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain:
a.       Jenis Kelamin
    Wanita mempunyai resiko 2-3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang menigkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon (esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu.
b.      Usia
      Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda.
c.       Obesitas
     Kondisi obesitas akan meningkatkan metabolism umum, resistensi insulin, diabetes militus tipe II, hipertensi dan hyperlipidemia berhubungan dengan peningkatan sekresi kolesterol hepatica dan merupakan faktor resiko utama untuk pengembangan batu empedu kolesterol.
d.      Statis Bilier
     Kondisi statis bilier menyebabkan peningkatan risiko batu empedu. Kondisi yang bisa meningkatkan kondisi statis, seperti cedera tulang belakan (medulla spinalis), puasa berkepanjangan, atau pemberian diet nutrisi total parenteral (TPN), dan penurunan berat badan yang berhubungan dengan kalori dan pembatasan lemak (misalnya: diet rendah lemak, operasi bypass lambung). Kondisi statis bilier akan menurunkan produksi garam empedu, serta meningkatkan kehilangan garam empedu ke intestinal.
e.       Obat-obatan
    Estrogen yang diberikan untuk kontrasepsi atau untuk pengobatan kanker prostat meningkatkan risiko batu empedu kolesterol. Clofibrate dan obat fibrat hipolipidemik meningkatkan pengeluaran kolesterol hepatic melalui sekresi bilier dan tampaknya meningkatkan resiko batu empedu kolesterol. Analog somatostatin muncul sebagai faktor predisposisi untuk batu empedu dengan mengurangi pengosongan kantung empedu.
f.       Diet
    Duet rendah serat akan meningkatkan asam empedu sekunder (seperti asam desoksikolat) dalam empedu dan membuat empedu lebih litogenik. Karbohidrat dalam bentuk murni meningkatkan saturasi kolesterol empedu. Diet tinggi kolesterol meningkatkan kolesterol empedu.
g.      Keturunan
    Sekitar 25% dari batu empedu kolesterol, faktor predisposisi tampaknya adalah turun temurun, seperti yang dinilai dari penelitian terhadap kembar identik fraternal.
h.      Infeksi Bilier
    Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memgang peranan sebagian pada pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan mucus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai pusat presipitasi.
i.        Gangguan Intestinal
    Pasien pasca reseksi usus dan penyakit crohn memiliki risiko penurunan atau kehilangan garam empedu dari intestinal. Garam empedu merupakan agen pengikat kolesterol, penurunan garam pempedu jelas akan meningkatkan konsentrasi kolesterol dan meningkatkan resiko batu empedu.
j.        Aktifitas fisik
    Kurangnya aktifitas fisik berhungan dengan peningkatan resiko terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi.
k.   Nutrisi intravena jangka lama
     Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu.

Rabu, 24 Desember 2014

Suika Lovers: Review Ovale Facial Mask Lemon

Suika Lovers: Review Ovale Facial Mask Lemon: This one is my best mask! Aku tau masker ini dari FD, murah tapi mantabh! :D Let me Introduce you, Ovale Facial Mask, LEMON! JEENGG JENGG!!...

Admin Nisa Aprilia











Kasus Gawat Darurat Kejadian Luar Biasa



Dalam satu waktu datanglah 7 orang pasien ke IGD dengan keluhan sama yaitu sesak napas berat, pilek, demam dengan suhu lebih dari 38 derajat Celcius. Mereka merasakan sakit tenggorokan, mual dan muntah sejak satu minggu yang lalu. Terdapat nyeri sendi dan nyeri perut serta konjuntivitis. Mereka bekerja di tempat yang sama yaitu di peternakan ayam dan saat ini diduga mengalami wabah flu burung

Tugas
1.      Susunlah dokumentasi Asuhan Keperawatan gawat darurat mulai dari pengkajian hingga evaluasi
2.      Lengkapilah data – data yang mendukung kasus
3.      Buat diagnosa keperawatan minimal 3

Kasus Gawat Darurat Percobaan Bunuh Diri (Tentamen Suicide)


Nona W (25 th) dibawa ke RS sumber sehat oleh pacarnya, yang mengatakan bahwa Nona W  mengamuk selama di rumah dan melakukan tentamin suicide. Beberapa kali membenturkan kepalanya ke tembok, memakan banyak pil, dan berusaha mengiris urat nadinya. Hal ini dilakukan Nona W karena diputus oleh pacarnya. Saudara R (33 th) pacar Nona W sudah tidak ingin lagi melanjutkan hubungan dengan Nona W karena selain nona W sangat posesif juga memiliki harga diri yang rendah sehingga tidak mau bergaul dengan teman-teman saudara R, sehingga sangat paranoid terhadapnya. Semua itu terjadi sejak kegagalan mendapatkan beasiswa ke luar negeri, sehingga koping tidak adaptif. Perawat kemudian melakukan pemeriksaan dan didapatkan Tensi: 90/70 mmHg, Nadi: 60 x/mnt, RR: 28x/mnt, kesadaran somnolen, terdapat perdarahan di kepala.
Tugas:
1.      Susunlah dokumentasi Asuhan Keperawatan gawat darurat mulai dari pengkajian hingga evaluasi
2.      Lengkapilah data – data yang mendukung kasus
3.      Buat diagnosa keperawatan minimal 3