Minggu, 03 November 2013

Asuhan Keperawatan pada Pasien Eliminasi Urin




KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ELIMINASI URIN DAN FEKAL
logo akper.jpg

Makalah ini disusun oleh :
1.     Dewi Andriani
2.     Misbakhul Munir
3.     Nisa Aprilia S
4.     Nur Hidayati M
5.     Pristian Aji S

Akademi Keperawatan
Tahun Pelajaran 2013/2014





KATA PENGANTAR

     Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Kebutuhan Eliminasi Fekal dan Urin ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Lutiyah selaku Dosen mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
      Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian,bagaimana cara menangani pasien eliminasi fekal dan urin. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
      Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Purworejo, 8 Oktober 2013


Penyusun












BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan  uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : kandung kemih.
Secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltic mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal ; lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas, perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi. Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawatan harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.


1.2           Rumusan Masalah
2.      Bagaimana pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin dan fekal?
3.      Bagaimana diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin dan fekal?
4.      Bagaimana membuat perencanaan keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin dan fekal?
5.      Bagaimana membantu pasien dengan eliminasi urin dan fekal?
6.      Bagaimana melaksanakan evakuasi fecal?
7.      Bagaimana melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin dan fekal?
1.3           Tujuan
2.      Mengetahui pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin dan fekal
3.      Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin dan fekal
4.      Dapat membuat perencanaan keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin dan fekal
5.      Mengetahui agaimana membantu pasien dengan eliminasi urin dan fekal
6.      Mengetahui bagaimana melaksanakan evakuasi fecal
7.      Mengetahui bagaimana melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin dan fekal













BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada kebutuhan eliminasi urine meliputi :
1.      Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputi bagaimana kebisaan berkemih serta hambatannya. Frekuensi berkemih tergatung pada kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang berkemih setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada waktu malam hari.
2.      Pola berkemih
        frekuensi berkemih
frekuesi berkemih menentukan berapa kali individu berkemih dalam waktu 24 jam.
        Urgensi
Perasaan seseorang untuk berkemih seperti seseorang ke toilet karena takut mengalami inkotinensia jika tidak berkemih.
        Disuria
Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih. Keadaan ini ditemukan pada struktur uretra, infeksi saluran kemih, trauma pada vesika urinaria.
        Poliuria
Keadaan produksi urine yang abnormal yang jumlahnya lebih besar tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Keadaan ini dapat terjadi pada penyakit diabetes, defisiensi ADH, dan penyakit kronis ginjal.
        Urinaria supresi
Keadaan produksi urine yang berhenti secara mendadak. Bila produksi urine kurang dari 100 ml/hari dapat dikatakan anuria, tetapi bila produksinya antara 100 – 500 ml/hari dapat dikatakan sebagai oliguria.
3. Volume urine
Volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam.
4. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih
        diet dan asupan (diet tinggi protein dan natrium) dapat mempengaruhi jumlah urine yang dibentuk, sedangkan kopi dapat meningkatkan jumlah urine.
        gaya hidup
        stress psikologi dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih
        tingkat aktivitas
5. Keadaan urine
Keadaan urine meliputi : warna, bau, berat jenis, kejernihan, pH, protein, darah, glukosa.
6. Tanda klinis gangguan eliminasi urine seperti retensi urine, inkontinensia urine.

2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi urine adalah sebagai berikut :
1. Perubahan pola eliminasi urine
·         Ketidakmampuan saluran kemih akibat anomali saluran urinaria
·         Penurunan kapasitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit
·         Kerusakan pada saluran kemih
·         Efek pembedahan pada saluran kemih
2. Inkontinensia fungsional
·         Penurunan isyarat kandung kemih
·         Kerusakan kemampuan untuk mengenal isyarat akibat cedera atau kerusakan kandung kemih
·         Kerusakan mobilitas
·         Kehilangan kemampuan motoris dan sensoris
3. Inkontinensia refleks
Gagalnya fungsi rangsang di atas tingkatan arkus refleks akibat cedera pada medulla spinalis
4. Inkontinensia stress
·         Tingginya tekanan Intraabdimibal dan lemahnya otor pelviks akibat kehamilan
·         Penurunan tonus otot
5. Inkontinensia total
Defisit komunikasi atau persepsi
6. Inkontinensia dorongan
Penurunan kapasitas kandung kemih akibat penyakit infeksi, trauma, tindakan pembedahan, faktor penuaan
7. Retensi urine
Adanya hambatan pada sfingter akibat penyakit struktur, BHP
8. Perubahan body image
Inkontinensia dan enuresis
9. Resiko terjadinya infeksi saluran kemih pemasangan kateter dan kebersihan perineum yang kurang
10. Resiko perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit gangguan drainase ureterostomi

2.3 Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
  1. Memberikan intake cairan secara tepat, Intake cairan secara tepat, pasien dengan masalah perkemihan yang sering intake jumlah cairan setiap hari ditentukan dokter. Pasien dengan infeksi perkemihan, cairannya sering ditingkatkan. Pasien dengan edema cairannya dibatasi.
  2. Memastikan keseimbangan intake dan output cairan, mengukur intake dan output cairan. Jumlah caiaran yang masuk dan keluar dalam setiap hari harus diukur, untuk mengetahui kesimbangan cairan.
  3. Mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
  4. Membantu mempertahankan secara normal berkemih.
  5. Mencegah kerusakan kulit.
  6. Membantu pasien mempertahankan posisi normal untuk berkemih.
  7. Memberikan kebebasan untuk pasien.
  8. Mencegah infeksi saluran kemih.
  9. Memberikan bantuan pada saat pasien pertama kali merasa ingin buang air kecil Jika menggunakan bedpan atau urinal yakin itu dalam keadaan hangat.
  10. Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional.
  11. Bila pasien menggunakan bedpan, tinggikan bagian kepala tempat tidur dengan posisi fowler dan letakkan bantal kecil dibawah leher untuk meningkatkan support dan kenyamanan fisik (prosedur membantu memberi pispot/urinal).
  12. Untuk anak kecil meningkatkan kontrol berkemih dan self esteem.
2.4 Rencana Tindakan
1.      monitor/observasi perubahan faktor, tanda dan gejala terhadap masalah perubahan eliminasi urine, retensi dan urgensia
2.      kurangi faktor yang mempengaruhi/penyebab masalah
3.      monitor terus perubahan retensi urine
4.      lakukan kateterisasi urine
Inkontinensia dorongan
1.      pertahankan hidrasi secara optimal
2.      ajarkan untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih dengan
3.      ajarkan pola berkemih terencana (untuk mengatasi kontraksi kandung kemih yang tidak biasa)
4.      anjurkan berkemih pada saat terjaga seperti setelah makan, latihan fisik, mandi
5.      anjurkan untuk menahan sampai waktu berkemih
6.      lakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam mengatasi iritasi kandung kemih
Inkontinensia total
1.      pertahankan jumlah cairan dan berkemih
2.      rencanakan program kateterisasi intermiten apabila ada indikasi
3.      apabila terjadi kegagalan pada latihan kandung kemih pertimbangan untuk pemasangan kateter indweeling
Inkontinensia stress
Kurangi faktor penyebab seperti :
1.      Kehilangan jaringan atau tonus otot, dengan cara :
• ajarkan untuk mengidentifikasi otot dasar pelviks dan kekuatan dan kelemahannya saat melakukan latihan
• untuk otot dasar pelviks anterior bayangkan anda mencoba menghentikan aliran urine, kencangkan otot-otot belakang dan depan dalam waktu 10 detik, kemudian lepaskan atau rileks, ulangi hingga 10 kali dan lakukan 4 kali sehari
2.      Meningkatkan tekanan abdomen dengan cara :
• latih untuk menghindari duduk lama
• latih untuk sering berkemih sedikitnya tiap 2 jam
Inkontinensia fungsional
Ajarkan teknik merangsang refleks berkemih, dengan berkemih seperti :
mekanisme supra pubis kutaneus
1. ketuk supra pubis secara dalam, tajam dan berulang
2. anjurkan pasien untuk :
·         posisi setengah duduk
·         mengetuk kandung kemih secara langsug denga rata-rata 7 – 8 kali setiap detik
·         gunakan sarung tangan
·         pindahkan sisi rangsangan di atas kandung kemih untuk menentukan posisi saling berhasil
·         lakukan hingga aliran baik
·         tunggu kurang lebih 1 menit dan ulangi hingga kandung kemih kosong
·         apabila rangsangan dua kali lebih dan tidak ada respon, berarti sudah tidak ada lagi yang dikeluarkan
3.   apabila belum berhasil, lakukan hal berikut ini selama 2- 3 menit dan berikan jeda waktu 1 menit di antara setiap kegiatan
·         tekan gland penis
·         pukul perut di atas ligamen inguinalis
·         tekan paha bagian dalam
4. catat jumlah asupan dan pengeluaran
5. jadwalkan program kateterisasi pada saat tertentu

Inkontinensia Fungsional
1. tingkatkan faktor yang berperan dalam kontinen, seperti :
a.       Pertahakan hidrasi optimal dengan cara
b.      Pertahankan nutrisi yang adekuat
c.       Tingkatkan intergritas diri dan berikan motivasi kemampuan mengontrol kandung kemih, dengan cara menghindari penggunaan bedpan (pispot).
d.      Tingkatkan integritas kulit
e.       Tingkatkan higiene perseorangan
2. Jelaskan cara mengenali perubahan urine yang abnormal seperti adanya peningkatan mukosa, darah dalam urine dan perubahan warna
3. Ajarkan cara memantau adanya tanda dan ISK, seperti peningkatan suhu, perubahan keadaan urine, nyeri supra pubis bagian atas, nyeri saat berkemih, mual, muntah

2.5 Pelaksanaan (Tindakan Keperawatan)
Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan
Mengingat tujuan pemeriksaan berbeda-beda, maka pengambilan sampel urine juga dibeda-bedakan sesuai dengan tujuannya. Cara pengambilan urine tersebut antara lain : pengambilan urine biasa, pengambilan urine steril dan pengumpulan selama 24 jam.
1.      Pengambilan urine biasa merupakan pengambilan urine dengan cara mengeluarkan urine seperti biasa, yaitu buang air kecil. Biasanya untuk memeriksa gula atau kehamilan.
2.      Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan cara dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan keteterisasi atau pungsi supra pubis. Pengambilan urine steril bertujuan mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal atau saluran kemih lainnya.
3.      Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan dalam 24 jam, bertujuan untuk mengeetahui jumlah urine selama 24 jam dan mengukur berat jenis urine, asupan dan pengeluaran serta mengetahui fungsi ginjal.
Alat :
1.      botol penampung beserta penutup
2.      etiket khusus
Prosedur Kerja
1.      Mencuci tangan
2.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.      Bagi pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri, bantu untuk BAK, keluarkan urine setelah itu tampung dengan meggunakan botol
4.      Bagi pasien yang mampu BAK sendiri, anjurkan pasien untuk BAK dan anjurkan untuk menampung urine ke dalam botol
5.      Catat nama dan tanggal pengambilan pemeriksaan
6.      Cuci tangan
Menolong pasien untuk buang air kecil dengan menggunakan urinal
Menolong BAK dengan menggunakan urinal merupakan tindakan keperawatan dengan membantu pasien yang tidak mampu BAK sendiri di kamar kecil dengan menggunakan alat penampung dengan tujuan menampung urine dan mengetahui kelainan urine (warna dan jumlah).
Alat dan bahan :
1.      urinal
2.      pengalas
3.      tisu
Prosedur Kerja
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan prosedur pada pasien
3.      Pasang alas urinal di bawah glutea
4.      Lepas pakaian bawah pasien
5.      Pasang urinal di bawah glutea/pinggul atau diantara kedua paha
6.      Anjurkan pasien untuk berkemih
7.      Setelah selesai, rapikan alat
8.      Cuci tangan dan catat warna serta jumlah produksi urine



Melakukan kateterisasi
Indikasi :
Tipe Intermitten
·         tidak mampu berkemih 8 – 12 jam setelah operasi
·         retensi akut setelah trauma uretra
·         tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesic
·         cedera pada tulang belakang
·         degenerasi neuromuskular secara progresif
·         pengeluaran urine residual
Tipe Indwelling
·         obstruksi aliran urine
·         pasca operasi saluran uretra dan struktur disekitarnya
·         obstruksi uretra
·         inkontinensia dan disorientasi berat
Alat dan bahan

1.      sarung tangan steril
2.      kateter steril (sesuai dengan ukurannya dan jenis)
3.      Duk steril
4.      minyak pelumas/ gel
5.      larutan pembersih antiseptic
6.      spuit yang berisi cairan
7.      perlak dan alasnya
8.      pinset anatomi
9.      bengkok
10.  urinal bag
11.  sampiran

Prosedur Kerja
Untuk  pasien pria :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan prosedur
3.      Atur ruangan/pasang sampiran
4.      Pasang perlak/alas
5.      Gunakan sarung steril
6.      Pasang duk steril
7.      Pegang penis dengan tangan sebelah kiri, lalu preputium ditarik sedikt ke pangkalnya dan bersihkan dengan kapas savlon
8.      Beri gel pada ujung kateter, lalu masukkan pelan-pelan sambil anjurkan untuk tarik napas
9.      Jika tertahan, jangan dipaksa
10.  Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades
11.  Sambung kateter dengan urobag dan fiksasi ke arah paha
12.  Rapikan alat
13.  Cuci tangan
Untuk pasien wanita :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan prosedur
3.      Atur ruangan
4.      Pasang perlak/alas
5.      Gunakan sarung tangan steril
6.      Pasang duk steril
7.      Bersihkan vulva kapas savlon dari atas ke bawah
8.      Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri lalu bersihkan bagian dalam
9.      Beri gel pada ujung kateter lalu masukkan pelan-pelan sambil anjurkan tarik napas, hingga urine keluar
10.  Setelah selesai, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya menggunakan spoit
11.  Sambung kateter dengan urine bag dan fiksasi ke arah samping
12.  Rapikan alat
13.  Cuci tangan
Menggunakan kondom kateter
      Menggunakan kondom kateter merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan kondom kateter pada pasien yang tidak mampu mengontrol berkemih. Cara ini bertujuan agar pasien dapat berkemih dan mempertahankannya.
Alat dan bahan :
1.      sarung tangan
2.      air sabun
3.      pengalas
4.      kondom kateter
5.      Urinal bag
6.      sampiran
Prosedur kerja
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan prosedur pada klien
3.      Atur ruangan/pasang sampiran
4.      Pasang perlak/alas
5.      Gunakan sarung tangan
6.      Atur posisi klien dengan terlentang
7.      Bersihkan area genitalia dengan sabun dan bilas dengan air hangat bersih kemudian keringkan
8.      Lakukan pemasangan kondom dengan menyisakan 2,5 – 5 cm ruang antara glans penis dengan ujung kondom
9.      Letakkan batang penis dengan perekat elastis, tapi jangan terlalu ketat
10.  Hubungkan ujung kondom kateter dengan saluran urobag
11.  Rapikan alat
12.  Cuci tangan
2.6 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan terhadap gangguan kebutuhan eliminasi urine secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam :
1.      Miksi dengan normal, ditunjukkan dengan kemampuan berkemih sesuai dengan asupan cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan obat, kompresi pada kandung kemih atau kateter
2. Mengosongkan kandung kemih, ditunjukkan dengan berkurangnya distensi, volume urine residu, dan lancarnya kepatenan drainase
3. Mencegah infeksi/ bebas dari infeksi, ditunjukkan dengan tidak adanya infeksi, tidak ditemukan adanya disuria, urgensi, frekuensi, dan rasa terbakar
4. Mempertahankan intergritas kulit, ditunjukkan dengan adanya perineal kering tanpa inflamasi dan kulit di sekitar uterostomi kering
5. Memberikan pasa nyaman, ditunjukkan dengan berkurangnya disuria, tidak ditemukan adanya distensi kandung kemih dan adanya ekspresi senang
6. Melakukan Bladder training, ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi inkontinensia dan mampu berkemih di saat ingin berkemih







 
BAB III
PENUTUP
3.1           Kesimpulan
            Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan eliminasi fekal dan urin dilakukan untuk memenuhu kebutuhan dasar manusia. Karena jika tidak dilaksanakan, akan menimbulkan banyak masalah kesehatan.
            Tahap-tahap asuhan keperawatan juga harus dilakukan sesuai prosedur. Mulai dari pengkajian, intervensi, pelaksaan, hingga evaluasi. Sehingga pasien dapat nyaman dan kembali sembuh.
3.2           Usul dan Saran
1.      Bagi perawat agar dapat menunjang kebersihan keperawatan maka perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan kasus retensio urine
2.      Perawat hendaknya menerapkan asuhan keperawatan dalam melaksanakan proses
3.      Perlu ada kerja sama antara perawat dan pihak keluarga pasien yang baik, agar intervensi yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik untruk mengatasi masalah pasien.

                                                  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
                                                   DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/46810174/Asuhan-Keperawatan-pada-Pasien-dengan-Gangguan-Eliminasi-Urine-dan-Fekal



















DAFTAR ISI

Kata Pengantar
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II Pembahasan
2.1 Pengkajian
2.2 Diagnosa Keperawatan
2.3 Perencanaan Keperawatan
2.4 Rencana Tindakan
2.5 Pelaksanaan (Tindakan Keperawatan)
2.6 Evaluasi Keperawatan
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar