Minggu, 03 Mei 2015

Makalah Terapi Bermain Usia 6 tahun



A.    Pengertian
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan (Foster, 1989).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya (Miller dan Keong, 1983).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell dan Glaser, 2005).
B.     Fungsi
1.      Perkembangan Sensori
a.       Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi
b.      Meningkatkan perkembangan semua indra
c.       Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia
d.      Memberikan pelampiasan kelebihan energy
2.      Perkembangan yang intelektual
a.       Memberikan sumber – sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran
b.      Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna
c.       Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak
d.      Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan berbahasa
e.       Memberikan kesempatan untuk melatih masa lalu dalam upaya mengasimilasinya kedalam persepsi dan hubungan baru
f.       Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan realita.
3.      Perkembangan sosialisasi dan moral
a.       Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks.
b.      Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan.
c.       Mengembangkan keterampilan sosial
d.      Mendorong interaksi dan perkembangan sikap positif terhadap orang lain
e.       Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui standar moral.
4.      Kreativitas
a.       Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat kreatif
b.      Memungkinkan fantasi dan imajinasi
c.       Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus
5.      Kesadaran diri
a.       Memudahkan perkembangan identitas diri
b.      Mendorong pengaturan perilaku sendiri
c.       Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri)
d.      Memberikan perbandingan antara kemampuasn sendiri dan kemampuan orang lain
e.       Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri dapat mempengaruhi orang lain
6.      Nilai Teraupetik
a.       Memberikan pelepasan stress dan ketegangan
b.      Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat diterima dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima
c.       Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara yang aman.
d.      Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang kebutuhan, rasa takut, dan keinginan.
C.    Tujuan
1.            Untuk melanjutkan tumbuh kembang yg normal pada saat sakit.
Pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
2.            Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
Permainan adalah media yang sangat efektif untuk mengsekspresikan berbagai perasaan yang tidak menyenangkan.
3.            Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk mencipakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.
4.            Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di RS.
D.    Prinsip – prinsip Bermain
Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar aktifitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif :
1.            Perlu ekstra energi
Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai. Asupan atau intake yang kurang dapat menurunkan gairah anak. Anak yang sehat memerlukan aktifitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain pasif.Pada anak yang sakit keinginan untuk bermain umumnya menurun karena energi yang ada dugunakan untuk mengatasi penyakitnya.
2.            Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya.
3.            Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar dan mempunyai unsur edukatif bagi anak.
4.            Ruang untuk bermain
Aktifitas bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di halaman, bahkan di ruang tidur. Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk bermain bila memungkinkan, di mana ruangan tersebut sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk menyimpan permainannya.
5.            Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya, atau diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terahkir adalah yang terbaik karena anak lebih terarah dan berkembang pengetahuannya dalam menggunakan alat permainan tersebut. Orang tua yang tidak pernah mengetahui cara bermain dari alat permainan yang diberikan, umumnya membuat hubungannya dengan anak cenderung menjadi kurang hangat.
6.            Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara, atau orang tuanya. Ada saat-saat tertentu di mana anak bermain sendiri agar dapat menemukan kebutuhannya sendiri. Bermain yang dilakukan bersama orang tuanya akan mengakrabkan hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh anaknya. Teman diperlukan untuk mengembangkan sosislisasi anak dan membantu anak dalam memahami perbedaan.
E.     Faktor yang Mempengaruhi Bermain
1.             Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua dan Perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat  untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
2.             Status kesehatan anak
Aktivitas bermain memerlukan energi maka Perawat harus mengetahui kondisi anak pada saat sakit dan jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di RS.
3.             Jenis kelamin
Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedakan  jenis kelamin laki-laki atau perempuan namun ada pendapat yang diyakini bahwa permainan adalah salah satu alat mengenal identitas dirinya. Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki – laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.
4.             Lingkungan yang mendukung
Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup ruang untuk bermain.
5.             Alat dan jenis permainan yg cocok
Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Alat permainan harus aman bagi anak.
F.     Alat Permainan Edukatif
Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya. Contoh alat permainan pada balita dan perkembangan yang distimuli :
1.             Pertumbuhan fisik dan motorik kasar
Contoh : Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
2.             Motorik halus       
Contoh : Gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
3.             Kecerdasan/ kognitif
Contoh : Buku gambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil, warna, dll.
4.             Bahasa      
Contoh : Buku bergambar, Buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
5.             Menolong diri sendiri
Contoh : Gelas/ piring plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki, dll.
6.             Tingkah laku sosial
Contoh : Alat permainan yang dapat dipakai bersama missal congklak, kotak pasir, bola, tali, dll.
G.    Klasifikasi Bermain
1.            Menurut isi permainan
a.       Sosial affective play
Inti permainan ini adalah hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak  dengan orang lain (contoh: ciluk-baa, berbicara sambil tersenyum dan tertawa).
b.      Sense of pleasure play
Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak (contoh: main air dan pasir).
c.       Skiil play
Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan pada anak, khususnya motorik kasar dan halus (misal: naik sepeda, memindahkan benda).
d.      Dramatik Role play
Pada permainan ini, anak memainkan peran sebagai orang lain melalui permainanny. (misal: dokter dan perawat).
e.       Games
Permainan yang menggunakan  alat tertentu yang menggunakan perhitungan / skor (Contoh : ular tangga, congklak).
f.       Un occupied behaviour
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek  yang ada disekelilingnya, yang digunakan sebagai alat permainan (Contoh: jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).
2.            Menurut karakter sosial
a.       Onlooker play
Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk  ikut berpartisifasi dalam permainan (Contoh: Congklak/Dakon).
b.      Solitary play
Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan temannya dan tidak ada kerja sama.
c.       Parallel play
Anak menggunakan  alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dengan lainya tidak ada sosialisasi. Biasanya dilakukan anak usia toddler.
d.      Associative play
Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak  dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan tidak jelas (Contoh: bermain boneka, masak-masak).
e.       Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (Contoh: main sepak bola).
Usia 6 tahun
Karakteristik mainan untuk anak sekolah
1.        Cross motor and fine motors
2.        Dapat melompat,bermain dan bersepeda
3.        Sangat energik dan imaginative
4.        Mulai terbentuk perkembangan moral
5.        Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dengan kelompok
6.        Karakteristik bermain
7.        Assosiative play
8.        Dramatic play
9.        Skill play
10.    Laki-laki aktif bermain di luar
11.    Perempuan di dalam rumah
Mainan untuk sekolah
1.        Peralatan rumah tangga
2.        Sepeda roda dua
3.        Papan tulis/kapur
4.        Lilin, boneka, kertas
5.        Drum, buku dengan kata simple, kapal terbang, mobil, truk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar